Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Sebuah Kenangan Tentang Perjalanan

Gambar
Hujan sedari tadi membuatku melamunkan banyak hal. Aku duduk ditepi jalan raya sambil menanti hujan reda, tahukah apa yang muncul dalam bayanganku? Suara air yang berdau dengan aspal menyambutku turun dari bus ditempat yang kini terasa asing bagiku. Aku berteduh disuah bengkel di pinggir jalan. Jalanan yang masih padat dengan lalu lalang kendaraan. Duduk disana, melamun. Ya aku melamun. Nenikmati indahnya gemericik air yang beradu dengan aspal. Sungguh suara itu menjadi nyanyian kedamaian dalam diriku. Hujan semakin deras dan entah lagu apa yang berdendang. Hujan ini mengingatkan aku pada bangunan itu. Sebuah gedung kecil tempat aku singgah. Bangunan berlantai dua itu, entahlah. Aku ingat itu hari  Minggu tanggal satu Januari, sudah hampir satu tahun rupanya. Sungguh waktu ini terlalu cepat berlalu. Sudah hampir satu tahun, tapi peristiwa itu maaaasih jelas dalam bayanganku. Masih sangat aku ingat detailnya yang membuat nafasku sempat terasa berat. Aku percah ceritakan tentang

Tentang Hari Hujan Itu

Hujan. Tirai itu yang akan menahanmu untuk tetap duduk bersamaku. Mendengarkan lagu dari tetes air yang jatuh diatap. Memanjakan diri metap kehidupan dalam bingkai bernama jendela. Telah aku dengar sebuah ceritera tentangmu. Beberapa gambar tersebar di maya. Surat kabar itu menyampaikan pesan padaku setelah kau tinggalkan aku hari itu. Kau lakukan itu juga. Tapi tidak mengapa bagiku. Tidak mengapa kau tinggalkan aku untuk berada disana menulis sendiri kisahmu dan berkawan dengan media. Terimalah itu menjadi bagian dalam perjalanan hidupmu. Sungguh tak seorangpun akan menduga bila kau berani melangkah sampai disana. Batas yang benar-benar telah engkau patahkan. GAris yang telah engkau hapuskan. Lantas kau boleh bangga dengan apa yang telah engkau pilih. Jangan pernah bersedih atas pilihan itu. Jangan pernah engkau menyesalinya. JAngan menangis, cinta. Malam ini bukan kau yang menangis karena ayahmu telah mengetahui. Hadapi itu dan keluarlah dari zona ini yang telah bertahun-tahu

Lomba Menulis-Bentang Pustaka

Gambar

Labirin-labirin Masa Lalu

Gambar
Cuaca yang tidak bersahabat.  Angin bertiup menerpa dedaunan yang mulai cerubus. Rasa dinginnya sampai meresap ke pori-pori. Niatan hati segera saja pulang sebelum terperangkap hujan di bangunan bertingkat ini. Berlahan tapi pasti aku melangkahkan kaki melewati anak tangga hingga sampailah aku di lantai satu. Sejenak aku terdiam di ujung tangga. “Benarkah aku ingin pulang?” Batin hati kecilku. “Ya.” Suara hati itu kembali muncul. Kaki ini kembali melangkah meninggalkan suara sepatu yang terus beradu dengan lantai. Entah kenapa aku mempercepat langkahku dan berbalik menuju rumah singgah. Entahlah. Meski aku ingin segera pulang tapi kaki ini melangkah menuju bangunan itu, yang aku sebut rumah singgah. Seperti ada magnet yang menarikku kesama. Ada sesuatu yang menarik langkahku untuk mendekat dan melihat apa yang terjadi. “Sepi.” Kataku pada diri sendiri saat bisa aku lihat bangunan kecil itu. Seperti tak ada kehidupan. Tak seorangpun mengisi kesepian bangku di serambi.