Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Impian Masa Lalu

Gambar
Kaki ini melangkah menelusuri lorong panjang. Aroma ini yang selalu aku rindukan. Terlebih lagi bila ada di lorong panjang ini. aroma yang sangat nyata bisa aku rasakan. Meski bagi orang-orang ini bukan aroma yang menyenangkan. Bagiku ini adalah bagian dari kehidupan yang pernah aku impikan. Lorong panjang yang membuat aku mengingat ketukan langkah sepatu terburu-buru dan roda yang berdecit memekakan telinga beriring rasa cemas orang-orang yang memandangnya. Tatapan yang menyisakan rasa iba dalam hati lantas beriring nama yang Maha Kuasa dalam ucap dzikir yang menenangkan jiwa.             Pagi ini kembali aku terhanyut dalam suasana yang telah lama hilang dari kehidupanku. Memang sudah aku siapkan diri ini sejak beberapa hari lalu untuk mengingat semua detil ini. Aku yakinkan diri ini bahwa akan mampu untuk mengingatnya tanpa menyisakan rasa luka. Aku telah siap melewati lagi lorong-lorong itu. ”Aku benar-benar siap.”             Langkah kakiku  telah menyatu dengan langkah-l

Masihkah Ada Cinta?

Gambar
“Perenungan Kecil dalam Malam yang Semakin Larut” Perantauanku hampir saja berakhir. Itu harapan kedua orangtuaku. Mereka ingin aku segera pulang dan memasuki dunia baru. Harapan itu ada dalam hari-hari mereka. Tetapi aku masih menikmati pengembaraanku, Cinta. Setelah dari sini aku telah memilih tempat untuk menjadi tanah perantauan. Aku memilihnya karena disana ada begitu banyak cerita yang menarik perhatianku. Ada begitu banyak kisah yang membuatku ingin berada disana.            Tengah malam sebentar lagi namun mata ini belum juga ingin memejamkan mata. Adikku telah tertidur pulas. Mungkin karena sudah terlalu lelah seharian mengerjakan tugas-tugas kuliah. Adikku? Benar Cinta. Malam ini aku ada di rumah. Maaf tidak aku katakana padamu kalau aku pulang. Sudah dua hari aku melepas rindu di pondok kedua orang tuaku. Aku berharap mampu menemukan lagi kebersamaaan yang telah lama tidak bisa penuh aku rasakan. Maaf, aku tidak berani mengetuk pintu kamarmu. Padahal aku tahu

Aku, Engkau dan Mereka dalam Kereta

Gambar
Pertemuan dengan dirimu yang ternyata aku rindukan. Bukan karena apa-apa. Mungkin aku yang terlalu mengenang perjalanan ini. Engkau yang pernah hadir dalam langkah kaki ini. mengiringi derap-derap langkah yang pernah ada. Dan mungkin inilah jawaban yang mampu aku berikan atas surat-suaratmu selama ini. Surat-surat panjang yang telah engkau tulis. Pesan-pesan yang kini hanya bisa aku baca ulang. Karena dulu aku tidak tahu harus mengirimkan jawabannya kepada siapa, kecuali hanya pada barisan angka yang ada disana. Hari ini aku kembali memandang kotak besi yang biasa hanya bertahta diatas almari buku di sudut kamar. Awalnya tidak ada niatan sedikitpun untuk aku menuliskan barisan kata ini. Hanya ada niatan untuk menata ulang kamar yang sudah beberapa bulan ini aku abaikan. Bahkan lebih sering aku lepaskan lelahku diruang depan. Terlelap dikursi panjang yang hanya cukup nyaman untuk aku rebahkan badanku disana. Aku hanya menyingkirkannya dan mengabaikankan kotak besi yang ternyata s