Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Terlanjur Berjanji

Gambar
Kita sudah terlanjur berjanji untuk tidak saling jatuh cinta disini. Sesering apapun menghabiskan waktu bersama. Seberapa sering pun kita saling tertawa. Kita sudah terlanjur berjanji untuk tidak saling jatuh cinta disini. Sesering apapun perjalanan mengantarkan pada pertemuan Seberapa sering pun kita saling melepas bosan. Kita sudah terlanjur berjanji untuk tidak saling jatuh cinta disini. Setidaknya kita saling tahu makna pertemuan, arti sebuah kebersamaan Setidaknya kita saling tahu makna sebuah pengertian, arti sebuah kepedulian Kita sudah terlanjur berjanji untuk tidak saling jatuh cinta disini Jakarta, 22 Mei 2016 Ary Pelangi

Jarak

Jarak telah berkisah Membentang ratusan kilometer, jauh Tentang hidupmu juga hidupku Deretan kata tiada lagi indah Bahkan tiada lagi tampak Jenuh? Mungkin telah bosan Haruskah berakhir tanda titik disini? Selesai Jakarta, 19 Mei 2016 Ary Pelangi

Pesan-Pesan Senja

Senja selalu memiliki kisahnya. Senja pun tidak pernah kehilangan cintanya. Durasinya mungkin tidak sebanyak pagi. Dia terlalu singkat, seperti fajar yang memaksa bergegas untuk bangun. Senja, senja dan senja. Senja selalu menawan membingkai kisahnya. Selalu istimewa dimata pemilik cinta. Senja memiliki caranya sendiri untuk selau romantis. Begitulah senja. Senja yang selalu ada banyak kata untuk melukiskannya. Terlalu banyak warna untuk menyempurnakannya.             Senja memang selalu membuatku terpesona. Mungkin karena terlalu banyak warna yang tidak sanggup aku pilih untuk menyempunakannya. Hingga esok aku akan kembali termenung menatap senja dengan cahaya jingganya.             Kisah ini tentang senja yang selalu menawarkan kenyaman. Senja yang jingga mendekap kedamaian. Senja yang selalu aku nikmati dengan kesederhanaan cinta. Dimana seua cukup dengan keramahan, kebersamaan dengan bumbu tawa. Namun malam merenggut segalanya. Mengambilnya begitu saja. Membuatku tidak berday

Lahirnya Seorang Bayi Perempuan

Gambar
Bukan hari yang masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Bahkan mata sudah terbuka sejak setengah empat dini hari. Dari situ pagi berawal. Harusnya kulit-kulit segera bersentuhan dengan air membangunkan syaraf-syaraf tubuh. Namun cucuran keringat yang justru menyapa lebih dahulu. Masih gelap memang, tapi begitulah sepetak kamar yang selalu menyala dua kipas angin besarnya, masih terasa gerah. Biar terlalu pagi aku biarkan angin menerobos masuk lewat jendela dan orang-orang masih banyak yang terlelap. Jarum jam berdetak menunaikan kewajibannya. Suara adzan subuh sudah beralih pada iqomah, di masjid orang-orang sedang menunaikan kewajiban dua rakaat. Disini jarum jam merangkak menuju pukul lima pagi. Semburat warna matahari mulai tampak di langit. Disinilah pagi yang beriring rasa syukur. Meski harus berjumpa dengan rutinitas yang sama untuk berada duduk manis diatas kursi menatap layar notebook . Begitulah rutinitas satu semester yang tengah aku jalani. Masih terlalu pagi unt

Tanya Tanya dalam Pesan

“Orang-orang yang kini ada didekatmu tidaklah datang dengan kebetulan. Mereka adalah ketetapan terindah untuk mewarnai langkahmu dengan porsinya masing-masing. Pun bila suatu hari satu demi satu porsi itu telah habis, terimalah. Kau tidak akan memiliki mereka selamanya dengan segala alasan kenyamanan yang engkau miliki bersamanya”             Barisan pesan yang sejenak menghentikan segala rutinitas tugas kuliah. Sekali dua kali aku membacanya. Lantas kembali pada tugas kuliah menyusun perangkat pembelajaran, begitu saja lenyap segala ide tentang perangkat-perangkat pembelajaran itu. Tidak satu kata pun aku tambahkan, tidak juga satu tanda titik aku hapus. Terhenti.             Kembali tangan jari-jari membuka lembar pesan. Masih sama. Tidak ada kata yang berubah. Tidak ada kalimat yang terganti. “Sudah siapkah engkau kehilangan lagi?” Sebuah tanya yang tertulis dari jauh entah dimana. “Sudah siapkah engkau melepaskan lagi?” Tanya itu masih berlanjut dengan tanya yang lain. “Sud