Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Jodoh @BulanSyawal

Gambar
“Aku tidak menjanjikan waktu di bulan Syawal. Dimana ada pertemuan yang dengan bebasnya kita bisa berjumpa dalam reuni sederhana sebuah pesta pernikahan. Nyatanya masing-masing dari kita masih menyibukkan diri masing-masing.” Ucapan ini untuk mereka yang sering mempertanyakan ‘ Kenapa tidak denganmu saja? ’ *** Pertanyaannya masih sama dengan beberapa tahun yang lalu, “Haruskah sarjana?”             Setelah banyak perantauan yang aku jalani, diri ini mulai menemukan. Setelah banyak peristiwa terjadi dan banyak rasa mengiringi, diri ini mulai menemukan. Setelah banyak kemarahan, tawa, sedih, keresahan, senyuman dan harapan, diri ini mulai menemukan. Semoga jodoh terbaik sebagaimana doa-doa dibulan Syawal. Kriteria baik itu pun tidak terlepas dari gelar pendidikan yang minimal juga harus sarjana. Minimal harus sarjana sebagaimana teman perempuanku telah menyelesaikan pendidikan strata satunya. Bahkan posisi ini yang pernah membuat diri berada dalam keraguan yang luar biasa.

Jodoh @MalamTerakhirRamadhan

Gambar
Tidak mengapa bila aku tidak bersamamu, asalkan cintamu masih untuk Robbmu. Langkahmu masih teguh pada jalan-jalan kebaikan yang engkau yakini. Asalkan hari-harimu masih penuh dengan kesibukan untuk menladani Rasul-Nya, Muhammad. Tidak mengapa kita tidak bertemu di Ramadhan tahun ini, bukankah masih ada Ramadhan-ramadhan tahun selanjutnya? Setidaknya aku punya harapan untuk bertemu dengan Ramadhan selanjutnya. Aku baik dan aku terus baik-baik saja. Malam terakhir Ramadhan tahun ini aku sempatkan menulis pesan ini. Cukup tahu bahwa nafas ini masih berhembus, mengharap Ramdhan tidak berakhir esok hari saat matahari terbenam dan takbir berkumandang. Aku masih ingin menikmati Ramadhan lebih lama lagi.

Menjemput Kenangan

Gambar
      Menjemput kenangan. Lantas kenangan seperti apa yang akan kita lukis dalam perjalanan ini?       Ceritaku tentang Lawu. Suatu tempat dengan pesona indahnya. Lawu punya hujan, kabut, juga bintang-bintang. Memadukan kisahnya dengan gendhing-gendhing lagu Kota Bengawan. Lengkap sudah lagu cinta yang tertulis dalam keagungan senyuman. Segala kisah yang terbungkus dalam marah, kecewa dan mengantarkan pada satu rumah bernama kasih sayang. Rumah, bangunan beton yang pada akhirnya harus ditinggalkan untuk sebuah perjalanan panjang. Menjemput mimpi di atas bukit barisan.       Bukit-bukit Leuser mulai menanam rindu. Tanahnya yang subur, curah hujan yang tinggi dan sejuknya udara menjadikan rindu begitu mudah untuk tumbuh. Rindu akan rumah dan kasih sayangnya. Kabut-kabut yang setiap malam angkuh bertahta pun tak pernah berpihak, Tak mau memeluk rindu untuk rasa yang tertinggal di Lawu. Kabut tetap dingin memelukku dalam rindu yang semakin tumbuh subur.       Lagi, perjalanan