Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Terlanjur Berjanji

Kita sudah terlanjur berjanji untuk tidak saling jatuh cinta disini. Sesering apapu menghabiskan waktu bersama. Seberapa sering pun kita saling tertawa. Kita sudah terlanjur berjanji untuk tidak saling jatuh cinta disini. Sesering apapun perjalanan mengantarkan pada pertemuan Seberapa sering pun kita saling melepas bosan. Kita sudah terlanjur berjanji untuk tidak saling jatuh cinta disini. Setidaknya kita saling tahu makna pertemuan, arti sebuah kebersamaan Setidaknya kita saling tahu makna sebuah pengertian, arti sebuah kepedulian Kita sudah terlanjur berjanji untuk tidak saling jatuh cinta disini Jakarta, 22 Mei 2016 Ary Pelangi

Goresan Pena Si Patah Hati

Goresan si Patah Hati Ramadhan selalu datang dengan cinta. Kenangan juga kisah pengiringnya. Tiga liter telah tumpah di senja hari. Habis? Tidak! Aku hanya menumpahkannya. Menyiapkan ruang kosong agar terisi. Tiga liter telah tumpah di senja hari. Sengaja memang, sengaja. Melunturkan bekas hujan yang tak jadi. Tiga liter telah tumpah disenja hari. Mengantarkan kilat yang tiada bercahaya. Menghapus guntur yang senyap menggelegar. Ramadhan selalu datang dengan cinta. Jika hanya tiga liter yang tumpah apa ruginya. Mungkin esok, lusa atau suatu hari nanti Meski ribuan liter telah tumpah Pada akhirnya hanya akan tersisa satu liter. Jakarta, 11 Juni 2016 Ary Pelangi

Mengenalmu Lagi

Gambar
             Setelah banyak musim berganti             Setelah banyak senja yang saling berganti             Betelah begitu banyak kebersamaan yang harus terhenti             Setelah ribuan kilometer jarak membuat bertemu lagi             Setalah banyak hujan berganti pelangi Setelah janji-janji pernah terucap             Aku ingin mengenalmu lagi, lagi dan sekali lagi             Aku ingin mengenalmu lagi dan sekali lagi

Angka Itu “26”

Gambar
Begitu saja segalanya meleleh malam itu. Air bening begitu hebatnya menembus kokohnya kelopak mata. Bahkan dia tidak tahu malam itu untuk siapa air mata itu tumpah. Air mata yang deras mengalir untuk nama yang belum dia tahu. Untuk wajah yang belum pernah dia temui. Malam yang mulai larut mengantarkan canda pada percakapan indah. Dia tidak menanggapinya karena baginya lelaki itu hanya seorang kawan yang keterlaluan bercanda. “Mau ga? Temenku ada yang siap nikah nih.” Lelaki itu menulis sebuah komentar di akun sosmednya.             Resah. Malam itu hanya dengan membaca komentar sederhana itu dia mengakhiri canda dalam tulisan di akun. Seorang lelaki seperti itu, teman yang mampu memposisikan diri dalam bercanda. Dia kira lelaki itu sangat keterlaluan. Sudah bukan sepantasnya lagi bercanda tenang pernikahan.             Angka dua puluh enam mengajarkannya tentang kedewasaan yang membuat lebih memahami betapa indah dan rumitnya perjalanan cinta. Rasa yang telah mengombang ambi