CERITA TENTANG LILIN DAN KUE TART


Hari sudah senja, Adzan juga sudah berkumandang. Di luar sana sudah mulai gelap tapi bangunan kecil ini masih ramai oleh penghuninya. Terlihat disana beberapa orang sibuk dengan aktivitasnya. Atau beberapa disana sekedar ngobrol saja sambil berkemas-kemas. Diantara riuh canda dan tawa penjemput malam terdengar percakapan antara dua batang lilin dan dan sekotak kue tart.
Lilin 1  : “Hai kue, tersenyumlah!” (Lilin memberi senyuman pada kue berharap kue bersedia menirukannya. Namun kue tidak mengubah ekspresinya.)
Lilin 1  : “Tersenyumlah kue! Bukankah hari ini kita akan bekerja seperti biasa?”
Lilin 2  : “Benar kue. Lihat kita sudah sampai disini. Kau juga sudah cantik dengan cream yang menempel menghiasi dirimu.”
(kue hanya memandangi kedua lilin itu. Dengan ekspresi wajahnya yang tetap saja cemberut. Dia memandang kedua rekannya yang dapat jatah shiff kerja sore itu.)
Lilin 1  : “Berikan sedikit senyumanmu untuk gadis di dalam saja. Lihat dirinya. Dia akan menjadi majikan kita sore ini. Tugas kita adalah membahagiakan dia.”
Kue     : “Aku tidak bisa. Aku dipoles sedemikian cantiknya. Apalagi ada dua cahaya darimu. Bukankah aku semakin cantik. Tapi apa kalian tahu lilin bagaimana nasibku nanti. Mereka hanya bermain dengan lembutnya cream yang menghiasinku. Mereka bilang aku terlalu manis. Tapi...”
Lilin 2  : “Tapi ini adalah pekerjaan kita. Apa kau lupa kue, kami para lilin hanya indah bila ada api? Tanpa api kami sangat tidak berarti. Meskipun api harus membakar kami sampai habis. yach seperti saat kita bekerja seperti ini. Tapi setidaknya sebelum kami berakhir ada yang tersenyum.”
Lilin 1  : “ Memang seperti inilah kami terlahir. Tapi kami rela menjalaninya. Andai kau tahu kue, engkau lebih beruntung dari kami. Mereka menjadikanmu manis, meski cream yang menghiasimu berantakan tapi mereka masih bisa menikmati manismu. Walau tanpa cream manismu engkau masih bisa menjadikan mereka kenyang. Kue... tersenyumlah...”
Lilin 2  : “Sudah waktunya. Ayu senyum J

Itulah cahaya lilin terindah dan senyuman manis kue tart yang pernah kulihat. Aku bahagia teman. Sungguh aku bahagia. Ini hadiah yang luar biasa dalam hidupku. Aku terima  hadiah itu kawan. Aku lihat ketulusanmu. Aku tidak tau harus bagaimana mengatakannya. Tapi terimakasih. Aku tau niatmu baik dan tulus. Tersenyumlah kawan...
Aku juga tersenyum dan bahagia. Aku tidak marah. Sungguh aku tidak marah. Justru aku ingin berterimakasih padamu. Terimakaih sudah menadikan hari ini begitu indah untuk diriku. Dipenghujung senja yang menyimpan begitu banyak nikmat-Nya.
Tapi engkau membuat aku bertanya, mengapa? Mengapa engkkau lakukan ini padaku? Mengapa tega sekali dirimu? Apa engkau tau bagaimana perasaanku. Bahagia? Tentu... seperti yang sudah aku tuliskan sebelumnya aku bahagia kawan. Tapi apa engkau tau... bukankah itu hanya tulisan. Cerita lilin dan kue itu juga hanya fiktif saja. Sengaja aku menulisnya untukmu. Iya itu hanya cerita fiktif saja. Bukan kisah nyata. Mustahil lilin bisa ngomong.
Sukses engkau jadikan aku menangis hari ini. Iya benar, aku  menangis. Tega sekali engkau. Sungguh engkau tega padaku. Memperakukan aku seperti ini. Ini mungkin yang pertama aku katakan lewat tulisan panjang tentang sikapmu yang benar-benar harus aku ungkapkan. Karena aku sudah tidak tahan lagi. Iya aku sudah tidak tahan lagi. Aku terbiasa mendengar kata-kata indah tapi aku tidak terbiasa mendapat perlakuan seperti ini. Jadi biar engkau juga tau apa yang sebenarnya aku rasakan.
Pak Pres mengapa engkau izinkan mereka begitu padaku. Aku menghormatimu. Aku juga berusaha sebaik mungkin menjaga sikapku. Mengapa engkau izinkan mereka Pak Pres? Bukankah engkau sudah tau sejak awal? Tapi mengapa? Mengapa engkau izinkan mereka begitu padaku? Apa itu memang caramu? Mengapa Pak Pres? Mengapa? Mengapa engkau izinkan ini terjadi padaku?
Kesal memang. Sungguh aku merasa kesal. Dengan perlakuanmu yang seperti itu. Andaikan aku bisa memahaminya sseperti yang telah engkau siapkan. Andaikan aku menangis lalu tersenyum seperti yang sudah engkau seting diawal. Andaikan bisa kita satu paham kita memaknainya. Menjadikan indah akhir senja ini bersama. Duduk bersama dan menikmati manisnya tart yang engkau bawa. Tapi kenyataan tidak seperti itu. Tidak seperti yang sudah engkau rencanakan. Memang kawan aku ingin akhir yang berbeda. Bukan akhir senja duduk bersama dan menikmati manisnya tart. Aku ingin tapi aku tidak bisa. Engkau tau kenapa kawan?? Aku ingin senja ini berbeda dengan senja yang lainnya.
Aku tau butuh perjuangan dan perencanaan untuk menjadikan hari ini indah dan berkesan dalam hidupku. Aku tau engkau ingin memberiku hadiah terindah yang belum pernah ada sebelumnya. Tapi mengapa caranya harus seperti ini??
Aku pikir kita sama. Kita sama-sama ingin membuat hadiah terindah dalam hidup ini. Ingin aku berbagi denganmu. Membagi apa yang bisa kita nikmati bersama. Tapi kita punya cara sendiri-sendiri untuk menikmati dan membagi apa kita miliki. Dan kita juga punya cara sendiri untuk menikmati setiap pemberian orang lain. Yang mungkin akan membuat orang lain tak mengerti dengan cara kita. Tapi inilah kita...
Dalam hari-hariku bersamamu, aku selalu berusaha melakukan yang terbaik. Terbaik untuk kita bersama. Karena aku yakin kita akan mendapat yang terbaik bila kita melakukannya dengan baik dan tulus. Aku bisa tersenyum, tertawa dan menangis karenamu. Engkau membawa aku menjadi yang sekarang. Yang sekarang ada diantara kalian dalam istana yang begitu nyaman meski berantakan. Tapi hari ini aku tersenyum, tertawa dan menangis karenamu. Itulah aku di senja yang hampir berakhir. Hari ini istimewa karena engkau berhasil membuatku kembali meneteskan air mata.
Kawan, engkau yang pertama. Sungguh engkau yang pertama menemani aku meniup lilin diatas tart tanggal 19 Oktober. Sebelumnya tidak ada yang menemaniku. Yach... engkau yang pertama.  Karena engkau yang pertama, engkau begitu istimewa. Sebelumnya aku hanya sendiri dalam penghabisan hari membayangkan lilin diatas tart. Sebelumnya itu hanya ada dalam khayalan saja. Tapi hari ini engkau menjadikannya ada dan nyata dihadapanku. Terimakasih kawan. Jujur ini begitu indah untuk diriku. Sampai aku tidak tau harus mengatakan apa padamu... terimakasih sudah menjadikan khayanku menjadi nyata.
Terimakasih... (yang ini beneran). Terimakasih kawan-kawan... sungguh luar biasa hari ini. Sungguh aku tidak bermaksud membuatmu sedih atau bersalah karena hari ini.  Aku ingin hari ini tidak hanya menyimpan kesan untukku tapi aku juga ingin hari ini berkesan untukmu dan kita semua. Karena hari ini begitu indah untukku. Aku ingin hari ini menjadi bagian dari catatan kebersamaan kita. Menjadi bagian dari kisah yang kita arungi bersama.
Sie. Acaranya siapa sih? Kok bisa sukses kaya gini? Dasar...!!! sebelumnya tuh ga ada yang sesukses ini ngerjain aku pas tanggal 19 Oktober. Biasanya tuh temen-temenku pada nyerah duluan karena ga pernah berhasil. Aku ga terima aja masa harus kalah hari ini. Awas ajah tunggu pembalasannya... Udah senyum ajah, emang engkau yang pertama sukses ngerjain aku sampe nangis. Tapi masa iya aku harus nangis di depan umum? Malu tau. Apalagi ada mas-masnya, ada adik-adik juga… ga banget gitu lho… Engkau yang pertama sukses memberi kesan berbeda di tanggal 19 Oktober.
Epik, mbak Henny.... capek ga? Kakinya gimana? Gimana rasanya jalan nyampe depan? Asyik to? Asyik donk... Aku udah lama ga jalan malem. Itu karena selalu ada yang mengantar aku. Tapi sekali jalan malem ada yang nemenin... horeee....senang saya... kan udah biasa nganterin aku pake motor, ya sekali-sekali jalan gitu donk biar berksan. Epik... kalo nyebrang hati-hati ya... meski buru-buru tetep liat kanan ma kiri juga depan belakang. Apalagi di jalan depan pasca. Situ sering banyak motor belok seenaknya sendiri. Mbak awas banjiiiirrrr. Ayo jalannnya lebih cepet lagi... banjir mbak hati-hati ya... awas roknya basah….heheh
Mbak Sari tuh enak, naik motor... tapi ga pa-pa dech buat ojek mbak Henny ma epik yang HaPe-nya lagi mati... Epik kalo ga kuat ga usah dipaksakan ya? Ntar sakit lho. Aku ga nyuruh Epik dan Mbak Henny jalan lho... mereka nemeni aku secara sukarela... kapan2 aku ajak  deh jalan....  mau ya kapan-kapan nemeni umi jalan.. skalian biar kenal juga dengan udara yang berbeda. Ada banyak jalan yang indah lho.
Eh,, udah nunggu bis juga... kirain mau ikut naik juga. Pusing deh saya kalo pada ikut naik. Uang pas. Kamar pas. Untung pada ga ikut naik bis... Alhamdulillah ya…..
Mbak Sari, Epik, mbak Henny udah ngrasain kan duduk di halte malam2. Aku suka lihat lampu jalan raya kalo malam. Nyenengin. Indah warnanya. Terimakasih juga buat coklatnya. Untung dimasukkan ke tas jadi bisa aku makan di bis. Coklatnya enak lho... beli dimana? Mau lagi donk. Kog tau aku suka coklat..? pasti karena aku manis ya…. (sambil senyu-senyum sendiri….) aku suka coklat. Begitiulah. Karena enak dan bisa menghilangkan stress.
Ini proker Presiden yang keberapa ya??? Yang ke berapa Pak Pres?? Semua personilnya sampai sebegitu banyakknya.
Kawan, terimakasih ya... semua ajah deh... terimakasih... nah sambil senyum gitu kan asyik. Buat yang tadi belum sempat aku sapa... terimakasih juga. Buat semua yang tadi ikut andil.. yang lagi dilapangan.. yang lagi di BEM dan yang lagi di mana ajah... Pak Pres. Ibu Menteri, Pak Menteri dan rencang2 sedaya adik-adik yang manis2, tanpa kecuali ajah semua.... matur nuwun..... Rizka.. Yogo... Fikri... dan teman2 SOSPOR maaf  ya tadi Cuma lewat thok... ga bantu beresin sisa futsal... yang tadi bilangnya haus terus... “Dek, minta airnya SOSPOR ajah...kasian lho jauh2 jauh dari Kleco minta air thok.” Wiwin... makasih ya... ucapanmu halus banget... kog dirimu tadi ga ada, kemana? BEM FKIP.... “Bersahabat, Aspiratif , Peduli”..... Hidup Mahasiswa!!! I Love you All....
Oh iya Aris... tawarannya tadi beneran ga? Nyari sekretaris yang lain ajah ya... kalo tetep pengen aku yang jadi sekretarisnya ....”wani piro?” hehe.... trimakasih...
Mbak Sari... yang sabar ya ngadepin aku. Mbak kan juga sudah tau bagaimana aku. Jangan pusing2 sendiri. Masih ada Ais juga. Kita EXCELLENT.... “Mbak hibernasi ku diperpanjang ya….(merayu)
Mbak Henny... berbakat membujuk... lebih ditingkatkan lagi mbak. Apalagi kalau menghadapi yang nakal2. Jangan sampai kalah. Nyaris luluh aku mbak… tapi untung bisnya segera datang. Jadi aku ga perlu nahan ketawa lagi…
Mbak Henny, Epik, dan Aris.... aku tanya donk. Ini masuk proker POSDM ga?? Kalo belum masukin di proker aja. Biar semua juga kena…. hehe
Okey kawan... Semua terlalu indah hari ini... kawan... jangan bingung ya... karena aku juga tadi bingung harus ngapain... aku ga marah kok... aku terharu... beneran aku terharu… aku terharu Epik… aku ga mau engkau melihatmu menangis. Makanya aku ngumpet di toilet ajah yang aman. Hehehe lumayan sambil membersihkan ‘bedak’ darimu.
Nasib rotinya tadi gimana?? Belinya pake duit lho... itu makanan jangan buat mainan ya... itu tadi sih yang paling membuat aku tidak suka... eman2 mbak....
Hari ini tidak akan pernah terulang lagi dalam hidupku. Hanya ada sekali perasaan seperti ini. Aku bersyukur memiliki saudara sepertimu. Yang menjadikan hari-hariku semakin tidak terduga. Yang menjadikan hari-hariku penuh tantangan. Terimakasih untuk hadiah terindah hari ini.
Kawan...
Engkaku membuat warna-warni pelangiku semain indah
Engkkau jadikan senja ini hangat
Engkau lantunkan senandung kasih sayang
Engkau beri senyuman terindahmu dalam balutan kisah ini
Engkau gorekan tinta sejarah dalam lembaran putihku
Enkau bingkai kisah ini dalam genggaman
Terimaksih...
Air mata hari ini adalah kebahagiaan
Aku menyadari itu
Hari ini adalah pelajaran yang indah
Terimakasih sudah menemani aku melewati hari ini
Ini adalah bagian dalam langkahku melewati perjalan menggapai pelangi
Aku terima hari ini....

è19 Oktober 2011
Umi Satiti


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paket Cinta // Suami Istri Lyfe

Menghilang di Batas Rasa

Menikah Denganmu // Suami Istri Lyfe