Postingan

Menampilkan postingan dengan label kisah cerita

Doa dalam Pencarian Makna

  Doa dalam Pencarian Makna Oleh: Ary Pelangi   Malam ini kembali sunyi. Kau hadir membawa kerinduan yang teramat sangat. Berulang kali aku memandang ponsel dan berharap ada pesan darimu. Sesekali aku membuka galeri dan memandang foto yang pernah kau kirim. Sungguh, aku tak pernah menyangka bahwa rasa kehilangan bisa begitu menusuk, mengiris pelan-pelan hingga meninggalkan luka yang tak kasat mata. Ketika semua harapan yang dulu aku rajut tentangmu tiba-tiba hancur berantakan tanpa ada tanda. Tanpa ada pesan perpisahan, aku tersadar bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian.   Aku, hanya seorang gadis yang mencoba mencari ketenangan dalam doa, merasakan keheningan yang aneh saat kamu tiba-tiba hilang rutinitasku. Seperti ditelan bumi, menghilang tanpa jejak. Tanpa kata-kata penutup, tanpa alasan yang jelas. Rasanya seperti ditinggalkan dalam gelap, meraba-raba tanpa tahu harus kemana. Haruskah aku mencari tahu, sementara kau memilih tanpa kabar?   Ber...

Keraguan Masa Depan

Gambar
  Keraguan Masa Depan Oleh: Ary Pelangi   Pertanyaan-pertanyaanmu itu apakah cermin dari hatimu yang ingin menikmati secangkir kopi panas, tetapi takut tumpah saat hendak menyeduhnya? Sebesar itukah kekhawatiranmu perihal masa masa depan? Sini, aku temani kamu duduk. Biarkan sejenak kopimu di atas meja, sebentar lagi mungkin akan menjadi lebih hangat dan kamu dapat menikmatinya perlahan sembari bertutur tentang keresahan-keresahan hidup. Tidak ada musik, hanya alunan gerimis datang sebentar lalu menghilang yang menjadi temanku menjawab setiap goresan ragumu. Sebelum pertanyaanmu datang, aku sudah lebih dulu berusaha mencari jawaban atas pertanyaan serupa. Kamu kembali membawaku berjalan pada hari-hari lalu yang penuh dengan begitu banyak ragu. Aku percaya bahwa bahagia tidak selalu berarti tanpa duka, lara, luka, atau derita. Sebab senyumku hari ini bisa jadi adalah persembunyian atas tumpukan duka, gundukan lara, keping-keping luka, hingga barisan derita. Ketika kau...

Haruskah Aku Percaya Berita?

Gambar
  Haruskah Aku Percaya Berita? Oleh: Ary Pelangi   Percayalah, aku tidak sepercaya itu jika kamu sejatuh cinta itu padaku, meski orang-orang bilang begitu. Aku berdiri di tengah keramaian, mendengar bisik-bisik di sekitarku, ucapan-ucapan yang mengatakan bahwa kamu mencintaiku dengan sepenuh hatimu. Namun, benarkah begitu? Atau ini hanya ilusi yang diciptakan oleh orang-orang yang melihat kita dari kejauhan? Aku ingat malam-malam kita berbicara tentang masa depan, tentang mimpi-mimpi yang ingin kita raih bersama. Namun, di setiap cerita, aku selalu merasa ada yang kurang. Mungkin karena aku terlalu sering mendengar kata-kata orang lain, yang mengatakan bahwa kamu begitu mencintaiku. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kita. Mereka hanya melihat tampilan luar, tanpa memahami perasaan yang sebenarnya. Kadang-kadang aku merasa, kamu hanya bermain dengan kata-kata, mengucapkan apa yang ingin aku dengar, tanpa benar-benar merasakannya. Cinta, bagi mereka,...

Kau Juga Pernah Jatuh Cinta, Bukan?

Gambar
  Kau Juga Pernah Jatuh Cinta, Bukan? Oleh: Umi Satiti   Aku juga tahu kau pernah meletakkan harapmu pada seorang gadis, dan itu bukan aku. Meski bukan pertanyaan langsung, tapi aku mendengar kau mengakuinya. Hari itu dalam sebuah percakapan sederhana selepas aku pulang dari perjalanan. Aku tidak tahu banyak tentang gadismu itu, hanya saja berita-berita sampai padaku. Aku cemburu? Oh, tentu saja tidak. Dia adalah bagian perjalanan yang kau miliki. Bagian dari masa yang membentukmu menjadi seperti hari ini. Mungkin juga dia masih menjadi bagian kisah yang belum hilang dari ingatanmu. Terbukti dari senyummu yang tak bisa menipu ketika seseorang bertanya tentang gadismu itu. Tenang, aku tidak ingin mengusiknya. Dia adalah bagian dari ceritamu yang aku tidak harus tahu kebenarannya. Tidak mungkin jika tanpa cerita. Kau berhak memiliki ceritamu tanpa harus bercerita kepadaku. Jika itu perihal perasaan yang sempat istimewa, aku tidak bisa memintamu untuk melupakannya. Aku ...

Badai yang Mana Lagi?

Gambar
Badai yang Mana Lagi? Oleh: Ary Pelangi             Katakan padaku badai mana lagi yang harus aku lewati? Bukan bermaksud menyombongkan diri sembari mengatakan aku sangat kuat. Aku hanya sedang meratapi diri mengapa cobaan hidup ini begitu bertubi-tubi? Sungguh, hari-hari terasa begitu berat untuk sekadar disambut dengan semangat. Langkah pun terasa hampa menapaki rutinitas yang rodanya selalu serupa, rumah kontrakan, tempat kerja, dan kembali lagi ke rumah kontrakan. Sementara ponsel masih menjadi hiburan paling favorit jika dibandingkan tumpukan buku. Mungkinkah telah mati rasa?             Kehilangan demi kehilangan menjadi penggungah suasana yang menjadikan hari berwarna   dengan rasa pahitnya. Membuat mataku terjaga untuk menikmati tengah malam yang berganti dini hari. Diri menyaksikan bintang-bintang yang sesekali ditemani purnama meski tak lama. Sampai pagi...

Jendela Kamar dan Secangkir Kopi

Gambar
Jendela Kamar dan Secangkir Kopi Oleh: Ary Pelangi             Sepulang kerja hanya ingin merebah di atas kasur tanpa layar ponsel. Berharap dapat mengistirahatkan raga dan jiwa yang selalu saja payah dengan cerita-cerita kehidupan. Diri ini tak ingin mendengar kabar apapun lagi perihal pekerjaan dan berita-berita viral di social media. Tidak ingin pula melihat tayangan-tayang komedi yang biasa menciptakan tawa. Hanya ingin merebah dan hilang segala payah. Hanya saja harapan itu masih sekadar harapan dari hari ke hari yang belum juga terwujud.              Kenyataannya sesampainya di kontrakan harus segera mengguyurkan air ke seluruh badan agar terbebas dari keringat. Membersihkan wajah dari make-up yang bercampur debu-debu jalanan. Menggantungkan baju yang telah direndam deterjen, lantas menyiapkan nasi beserta teman-temannya untuk mengisis perut yang butuh asupan nu...

Pesan dari Rantau

Gambar
Seperti biasa, hari ini berharap terlalu tinggi. Ingin menggapai langit-langit yang jauh disana. Seperti biasa, diri ini menggepakkan sayap terlalu kuat. Tetapi diri ini telah lupa, ada sayap yang pernah patah. Harusnya kusadari itu namun terlambat sudah. Raga ini melesat jauh dari awan-awan, hingga tiada lagi awan menangkapku. Mata terbuka, “Mengapa masih bernafas?” sedang sakit menjalar disekujur tubuh. Masih sendiri. Seekor pipit jatuh diantara gerimis Karanganyar, 18 Desember 2015 Ary Pelangi             Malam yang semakin gelap tampak semakin gelapnya. Diluar sana bintang-bintang pun enggan bersinar. Mungkin bukan enggan bersinar hanya berembunyi dibalik selimut mendung. Dingin tidak ingin kalah, turut serta hadir merobek-robek raga yang hampir seminggu terus saja meriang.             Langit hendak menumpahkan hujan, tetapi tampak keraguan. Sesekali hanya...