Postingan

Menampilkan postingan dengan label CINTA PETUALANGAN

Berdamai dengan Suasana

  Berdamai dengan Suasana Oleh: Ary Pelangi Pernahkah kau merasakan kebisingan yang hadir dalam sunyi? Seperti itulah perasaanku setiap kali mengingatmu, di saat jarak memisahkan kita. Namun, aku belajar bahwa kedamaian bukanlah sesuatu yang selalu ditemukan di sisi seseorang, melainkan di dalam diri kita sendiri. Setiap langka mengingatkanku pada momen-momen indah yang pernah berlalu. Kini, di tengah keheningan malam, aku merenung dan menemukan kedamaian dalam kesendirian. Mungkin, kau juga merasakan hal serupa. Mencoba untuk lupa akan percakapan-percakapan yang mrngundang tawa. Berusaha tidak mengingat akan banyak janji yang terlewat.  Percayalah, jika aku sudah menuliskannya, itu artinya tidak mudah lagi bagi pikiranku untuk menyimpannya. Aku juga tidak menemukan tempat bercerita yang mampu melegakan selain malam yang sunyi di hadapan Sang Pencipta dan goresan pena. Apa kau juga percaya?  Aku sadar, dalam perjalanan ini, aku dan kamu tidak selalu bisa berjalan beriring...

Sebuah Nilai Diri

 Sebuah Nilai Diri Oleh: Ary Pelangi Cinta, anugerah terindah yang bisa dirasakan oleh setiap manusia. Namun, dalam rangka perjalanan mencari makna kehidupan, aku belajar bahwa cinta tanpa martabat hanyalah ilusi yang menyesatkan. Sebagai seorang petempuan, aku harus menjaga martabatku, menghormati diriku sendiri sebelum menuntut penghormatan dari orang lain. Bahkan dari kamu, seorang lelaki yang katanya akan bersanding denganku. Di hadapanmu, aku ingin kamu melihatku sebagai seorang pribadi yang kuat, mandiri, dan penuh keyakinan. Bukan sebagai seseorang yang lemah dan tergantung pada cinta semata. Martabatku adalah harga diriku, dan aku tidak akan membiarkan siapapun, termasuk kamu, meruntuhkan tembok yang telah kubangun dengan susah payah.  Dalam mencari makna kehidupan, aku menyadari bahwa setiap langkah yang kuambil haruslah penuh dengan penghormatan terhadap diriku sendiri. Aku belajar bahwa cinta sejati adalah cinta yang tidak hanya mengagungkan perasaan, tetapi juga me...

Tanpa Bayang-bayang

 Tanpa Bayang-bayang Oleh: Ary Pelangi Hei, pernahkah kau merasakan bahwa hidup ini lebih tenang saat bayang-bayang kekasih tak lagi membayangi? Dulu, setiap langkah yang kuambil selalu dihantui oleh ekspektasi dan harapan yang tak pernah benar-benar kutahu datangnya dari siapa. Aku, kamu, atau orang-orang di sekitar kita? Sekarang, aku berdiri di sini, sendiri, tanpa bayang-bayang itu. Meningkatkan kualitas diri menjadi tujuan utama. Tanpa disadari, ternyata mengembangkan diri tanpa ada sosok yang menghambat membuatku lebih bahagia. Aku mulai menemukan diriku yang sebenarnya, memahami apa yang benar-benar kuinginkan tanpa campur tangan orang lain. Dulu, ada rasa takut yang selalu membayangi. Takut jika keputusan yang kuambil salah di matanya. Takut jika langkahku melenceng dari harapan yang telah ia tetapkan. Tapi kini, aku sadar bahwa hidupku adalah milikku sendiri. Aku berhak menentukan arahnya, tanpa perlu merasa bersalah atau khawatir jika orang lain tidak setuju. Proses menin...

Keresahan Hatiku Juga Butuh penenang

Gambar
  Keresahan Hatiku Juga Butuh penenang Oleh: Ary Pelangi   Malam ini mendung, meski tidak turun hujan. Semoga langit akan kembali cerah, sebab aku merindukan bintang-bintang. Aku teringat akan pertanyaan marathon darimu tentang keraguan-keraguan hidup yang mungkin saja sedang menghantui langkahmu. Semoga jawaban yang kuberi mampu menguatkan langkahmu meski hanya sedikit. Setidaknya dapat menjadi teman cerita dalam perjalananmu yang panjang. Lalu siapa yang menjadi penguat untuk diriku? Belakangan, banyak orang yang mengajakku bercakap perihal cinta. Mempertanyakan banyak hal tentang pilihan hidup yang kupunya. Mungkin karena aku masih begitu santai menjalani hidup sendiri sementara Perempuan seusiaku telah menemukan pasangannya. Santai, itu yang mereka lihat. Orang-orang tidak tahu betapa gaduhnya kepala yang terus bergulat dengan hati. Tidak tampak memang, tapi cukup melelahkan. Menjadi seorang perempuan yang belajar berjalan tanpa tongkat rasanya sungguh melelahk...

Aku Benar-Benar Melepasmu

Gambar
  Aku Benar-Benar Melepasmu Oleh: Ary Pelangi Aku mencintaimu? Itu semacam lelucon yang belakangan berdendang antara aku dan teman-teman. Dunia ini memang sempit hingga temanku juga bisa saja menjadi temanmu. Temuku denganmu mudah saja menjadi temumu dengan teman-temanmu. Bukankah kita aku dan kamu juga sering bertemu dalam tugas kedinasan?             Seperti yang pernah aku bilang, mungkin kamu mempunyai mimpimu sendiri. Aku tahu, kau perlu ruang bebas untuk mewujudkan semua inginmu yang tanpa ada aku. Aku tidak ingin menahanmu di sini. Aku tidak ingin memaksamu untuk turut serta mewujudkan mimpiku. Sungguh tidak ingin aku menahan langkahmu. Kamu berhak untuk bebas dengan segala hal yang ingin kau tuju, tidak terikat dengan ekspektasi siapapun, termasuk aku. Jadi, pergi saja ke tempat-tempat yang kau ingini tanpa harus terbebani olehku.             Begitu pula aku, ...

Ambigu

Gambar
Kau merajut cinta dengan dia, menyiramnya dengan perhatian, dan mencoba menyembnyikannya. Sayangnya, aku terlalu peka dengan riak rasa yang kau cipta. Namanu pernah tersebut dalam sebuah percakapan yang menghadirkan tawa penuh sayatan luka. Bukan karena aku kehilangan kamu lagi, hanya saja aku tahu akhir ceritamu akan berujung luka. Bunga yang kamu siram, kamu jaga hingga akarnya, dan kamu banggakan akan menemui tuannya. Itu bukan kamu yang bekerja keras membuatnya tersenyum ketika luka. Sebuah ingatan membawa akan percakapan lintas masa. Mempertemukan aku dengan sahabatmu dan mendengar pengaduan tentang kisah hidupmu. Semua itu seirama, jejak yang membuatku hanya menjadi pendengar setia lalu tertawa dalam luka. Ingin mematahkanmu hari itu juga, tetapi kamu begitu yakin bahwa dia akan menjadi milikmu. Hidup bersamamu dan menikmati alam ciptaan Yang Maha Esa dalam kebersamaan yang sakinah, mawadah, dan rahmah. Itu hanya mimpimu yang ingin aku hapus sejak kamu mengaku memperjuangkan ...

Angka Itu “26”

Gambar
Begitu saja segalanya meleleh malam itu. Air bening begitu hebatnya menembus kokohnya kelopak mata. Bahkan dia tidak tahu malam itu untuk siapa air mata itu tumpah. Air mata yang deras mengalir untuk nama yang belum dia tahu. Untuk wajah yang belum pernah dia temui. Malam yang mulai larut mengantarkan canda pada percakapan indah. Dia tidak menanggapinya karena baginya lelaki itu hanya seorang kawan yang keterlaluan bercanda. “Mau ga? Temenku ada yang siap nikah nih.” Lelaki itu menulis sebuah komentar di akun sosmednya.             Resah. Malam itu hanya dengan membaca komentar sederhana itu dia mengakhiri canda dalam tulisan di akun. Seorang lelaki seperti itu, teman yang mampu memposisikan diri dalam bercanda. Dia kira lelaki itu sangat keterlaluan. Sudah bukan sepantasnya lagi bercanda tenang pernikahan.             Angka dua puluh enam mengajarkannya tentang kedew...