Postingan

Menampilkan postingan dengan label cerita

Kenangan yang Samar, Bahagia yang Nyata

Gambar
    edit gambar : canva Hari ini, Ramadan pertama tahun 1446H, entah kenapa pikiranku menggeliat menelusuri Lorong waktu yang begitu jauh. Aku berusaha mengumpulkan sebuah ingatan yang selalu saja gagal aku dapatkan. Sebuah ingatan yang mungkin akan membuat seseorang sedih jika ternyata aku gagal mengingatnya. Mbah Kakung, aku masih bisa merasakan semangat kecilku setiap pagi, mencari-cari alasan untuk ikut jalan-jalan dengannya. Kadang aku pura-pura ingin melihat ayam-ayam tetangga, kadang mengaku ingin melihat sawah, tidak jarang pula aku berkata ingin melihat mobil di jalan raya. Padahal aku hanya ingin menggenggam tangannya dan menikmati udara pagi bersamanya. Satu-satunya oleh-oleh yang membuatku bertambah bahagia adalah ketika pulang jalan-jalan membawa “Serabi” – jajanan local yang terbuat dari adonan tepung ketan dan santan kelapa. Aku ingat betul bagaimana langkahnya selalu lebih lambat dariku, tetapi selalu menunggu dengan sabar ketika aku sibuk bermain di pi...

Rahasia Perjalanan Cinta

  Rahasia Perjalanan Cinta Oleh: Ary Pelangi   Cinta, kadang aku terbangun di malam hari, termenung menatap langit-langit kamar. Aku memikirkan perjalanan hidup ini. Seperti sebuah rahasia, kebersamaanku dengan kamu terungkap perlahan. Kebersamaan bersama dirimu memang penuh dengan liku dan kejutan yang tak terduga. Aku dan kamu bagaikan dua pejalan kaki yang berusaha menemukan tujuan. Berusaha menemukan jalan pulang, tetapi setiap langkah membawaku pada penemuan baru denganmu. Berjumpa pada makna yang lebih dalam tentang hidupmu dan hidupku.   Dulu, aku pikir mengenalmu itu sederhana. Aku pikir kamu adalah tentang tawa dan senyuman, tentang berbagi waktu dan kebahagiaan. Ternyata tidak sesederhana yang aku pikir. Perjalanan mengajarkanku bahwa kamu bukan sekadar perjalanan sosial, tapi sebuah perjalanan spiritual. Sebuah pencarian makna yang lebih dari sekadar perasaan sesaat. Aku belajar dari setiap luka, dari setiap tangis yang tercurah, bahwa bersamamu adala...

Berdamai dengan Suasana

  Berdamai dengan Suasana Oleh: Ary Pelangi Pernahkah kau merasakan kebisingan yang hadir dalam sunyi? Seperti itulah perasaanku setiap kali mengingatmu, di saat jarak memisahkan kita. Namun, aku belajar bahwa kedamaian bukanlah sesuatu yang selalu ditemukan di sisi seseorang, melainkan di dalam diri kita sendiri. Setiap langka mengingatkanku pada momen-momen indah yang pernah berlalu. Kini, di tengah keheningan malam, aku merenung dan menemukan kedamaian dalam kesendirian. Mungkin, kau juga merasakan hal serupa. Mencoba untuk lupa akan percakapan-percakapan yang mrngundang tawa. Berusaha tidak mengingat akan banyak janji yang terlewat.  Percayalah, jika aku sudah menuliskannya, itu artinya tidak mudah lagi bagi pikiranku untuk menyimpannya. Aku juga tidak menemukan tempat bercerita yang mampu melegakan selain malam yang sunyi di hadapan Sang Pencipta dan goresan pena. Apa kau juga percaya?  Aku sadar, dalam perjalanan ini, aku dan kamu tidak selalu bisa berjalan beriring...

Sebuah Nilai Diri

 Sebuah Nilai Diri Oleh: Ary Pelangi Cinta, anugerah terindah yang bisa dirasakan oleh setiap manusia. Namun, dalam rangka perjalanan mencari makna kehidupan, aku belajar bahwa cinta tanpa martabat hanyalah ilusi yang menyesatkan. Sebagai seorang petempuan, aku harus menjaga martabatku, menghormati diriku sendiri sebelum menuntut penghormatan dari orang lain. Bahkan dari kamu, seorang lelaki yang katanya akan bersanding denganku. Di hadapanmu, aku ingin kamu melihatku sebagai seorang pribadi yang kuat, mandiri, dan penuh keyakinan. Bukan sebagai seseorang yang lemah dan tergantung pada cinta semata. Martabatku adalah harga diriku, dan aku tidak akan membiarkan siapapun, termasuk kamu, meruntuhkan tembok yang telah kubangun dengan susah payah.  Dalam mencari makna kehidupan, aku menyadari bahwa setiap langkah yang kuambil haruslah penuh dengan penghormatan terhadap diriku sendiri. Aku belajar bahwa cinta sejati adalah cinta yang tidak hanya mengagungkan perasaan, tetapi juga me...

Aku Memilih Sudah

  Aku Memilih Sudah Oleh: Ary Pelangi   Aku dan kamu pernah bercerita bersama, berbagi mimpi dan langkah untuk mewujudkannya. Namun, kini aku memilih sudah. Aku memilih untuk melangkah sendiri. Bukan karena aku tak lagi peduli, tetapi karena aku menyadari bahwa kebahagiaanku tidak terikat pada bayangmu. Aku menghargai setiap setiap waktu yang telah terlewati bersama, setiap cerita, dan setiap resah yang terbagi. Namun, aku juga harus menghargai diriku sendiri, kebutuhanku, dan kebahagiaanku. Aku telah berjuang, mencoba bertahan dalam badai, berharap aku dan kamu bisa menemukan satu tujuan. Namun, aku lelah terus mencari arah Sudah, bukan untuk menyakitimu, tapi untuk menyelamatkan diriku. Aku tak ingin terus-terusan berada dalam bayang-bayang ketidakpastian. Aku butuh ruang untuk bernafas, untuk mengejar mimpi-mimpiku yang mungkin tak sejalan dengan langkahmu. Aku butuh tempat untuk menumpahkan cita-cita yang sempat aku kubur dalam setiap diamku. Bila dengan melepas ...

Aku Akan Baik-Baik Saja

 Aku Akan Baik-Baik Saja Oleh: Ary Pelangi Sudah lama ya tidak bersapa, aku ingin bilang padamu tentang masa depan yang belum aku ketahui. Mungkin, selama ini aku dan kamu berjalan beriringan, seakan kita ditakdirkan untuk bersama. Namun, ada sesuatu yang perlu kau ketahui dan aku harus sampaikan. Aku akan baik-baik saja jika bukan kamu yang menjadi pasangan hidupku. Mungkin ini terdengar seperti sebuah klise, tapi percayalah, ini adalah kebenaran yang harus kau pahami. Aku dan kamu sering mendengar bahwa cinta sejati adalah tentang menemukan orang yang tepat, orang yang bisa mengerti dan menerima diri apa adanya. Namun, terkadang, perjalanan untuk menemukan cinta sejati itu tidak selalu berjalan mulus. Ada saat-saat di mana aku dan kamu harus berpisah dengan seseorang yang kira adalah yang terbaik. Kau adalah seorang teman cerita yang luar biasa, dan aku menghargai setiap momen yang telah terlewati bersama. Namun, jika pada akhirnya, kita tidak ditakdirkan untuk bersama, aku yakin...

Akhir Cerita yang Kupilih

 Akhir Cerita yang Kupilih Oleh: Ary Pelangi Sebagai seorang perempuan, aku selalu berusaha menulis cerita hidupku dengan tangan sendiri, memilih jalan yang kuanggap terbaik, termasuk memilihmu sebagai temanku. Hanya saja, semua itu hanya dapat aku lakukan dalam tumpukan naskah cerita fiktif belaka.  Aku dan kamu telah berbagi banyak momen, suka dan duka, tawa dan air mata. Dalam setiap kisah yang terangkai, ada harapan yang menggantung di langit malam, ada mimpi yang kugantungkan tinggi-tinggi. Aku melihat masa depan denganmu sebagai akhir yang sempurna, ending terbaik dari cerita yang dimulai tanpa sengaja. Namun, aku juga sadar, bahwa dalam setiap langkah kaki, ada tangan yang lebih besar yang mengatur. Allah, Sang Penulis Takdir, yang telah menetapkan takdirku dan takdirmu jauh sebelum bertemu. Aku percaya pada rencana-Nya, meski terkadang rencana itu tidak sejalan dengan harapanku. Aku inagin menulis ending terbaik dengan memilihmu, dengan mewujudkan setiap mimpi yang te...

Lelah Kehilangan

 Lelah Kehilangan Oleh: Ary Pelangi Di dalam keheningan malam ini, aku terjaga, merenungi setiap detik yang berlalu. Betapa banyak waktu yang kuhabiskan hanya untuk menunggu. Menunggu kehadiranmu, menunggu kabar darimu, menunggu sesuatu yang entah kapan akan datang. Aku sudah lelah, sayang, menikmati kehilangan yang tak pernah berakhir. Setiap kali kau pergi, meninggalkan jejak-jejak kenangan yang manis namun penuh duka, aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi kenyataannya, perasaan kehilangan ini tak pernah benar-benar hilang. Setiap malam, aku tidur dengan harapan bahwa esok hari akan membawa kabar baik, bahwa esok hari akan menghadirkan senyummu lagi. Namun, harapan itu sering kali hanya menjadi bayang-bayang yang tak tergapai. Aku sudah lelah, sayang. Lelah menghadapi kenyataan bahwa kau tak lagi di sini, bahwa kita tak lagi bersama seperti dulu. Aku lelah mencoba menikmati setiap momen sepi, berusaha mengisi kekosongan dengan kenangan-ken...

Aku Sangat Lelah

 Aku Sangat Lelah Oleh: Ary Pelangi Hei, kau tahu betapa melelahkannya menanti kabar darimu? Setiap hari terasa seperti penantian panjang di tengah gurun. Waktu berlalu begitu lambat, menit demi menit menjadi beban yang tak terhitung. Aku ingin kita menjalani hidup bersama, tanpa perlu bertanya-tanya setiap saat. Mengapa kabar itu selalu tertunda? Mengapa kita harus berjuang melawan jarak yang tak terlihat tapi begitu terasa? Aku hanya ingin merasakan kehadiranmu, meski hanya dalam wujud kata-kata singkat yang menyejukkan hati. Kita pernah bermimpi bersama, merangkai masa depan yang penuh tawa dan kebahagiaan. Namun sekarang, setiap detik tanpa kabar darimu terasa seperti jarak yang tak terjembatani. Aku lelah, sayang, lelah menanti pesan yang tak kunjung datang. Aku merindukan hari-hari di mana kita bisa berbicara tanpa henti, membicarakan hal-hal kecil yang membuat kita tertawa. Aku merindukan suaramu yang menenangkan, yang membuat segala kekhawatiranku hilang seketika. Tapi kini...

Stasiun Kereta

 Stasiun Kereta Oleh: Ary Pelangi Kereta melaju perlahan, menyusuri rel yang seolah tiada ujung. Setiap detak roda yang bergulir, seperti alunan simfoni yang mengoyak perasaan, mencipta keraguan. Di luar jendela, pemandangan berganti dengan cepat; pepohonan hijau, sawah-sawah, dan desa-desa kecil yang dilalui tanpa henti. Namun, di dalam hati, waktu seakan berjalan lambat, memberikan ruang untuk mengenang pertemuan.  Mengapa begitu sulit bagiku untuk memahami dirimu? Kadang kau datang membawa banyak cerita lantas tiba-tiba menghilang tanpa berita. Seperti kereta ini, perjalanannya selalu selalu membawa cetita yang tak pernah serupa. Aku sering bertanya-tanya, apakah aku sedang menuju ke arah yang benar atau tersesat di tengah jalan yang penuh belukar? Di kursi kereta, aku duduk sendiri, membiarkan pikiranku melayang. Setiap tarikan nafas membawa ingatan-ingatan akan petcakapan yang pernah ramah lantas hampir musnah. Namun, sekarang, semuanya terasa seperti mimpi yang mulai mem...

Bermain Logika Cinta

Bermain Logika Cinta Oleh: Ary Pelangi Hei, pernahkah kau merasa kembali ke masa kecil, ketika permainan logika tak lebih dari teka-teki sederhana yang menyenangkan? Begitulah rasanya saat aku jatuh cinta padamu. Sebuah permainan logika yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, menjadi begitu rumit, begitu membingungkan.  Awalnya, cinta itu datang seperti angin lembut yang meniupkan harapan baru dalam hidupku. Seakan-akan, semesta berbisik halus di telingaku, memberi tahu bahwa kau adalah jawaban dari semua pertanyaan yang pernah ada dalam benakku. Namun, cinta juga datang dengan permainan logika yang penuh tantangan. Pertanyaan-pertanyaan tak terjawab mulai muncul, mengusik ketenanganku. Aku jatuh cinta, dan tiba-tiba, aku harus kembali bermain logika. Aku harus menimbang setiap kata yang ingin kuucapkan, setiap langkah yang ingin kuambil. Aku harus berpikir, bukan hanya dengan hati, tapi juga dengan kepala. Aku harus memastikan bahwa perasaanku ini nyata, bukan sekadar ilusi yang a...

Keresahan Hatiku Juga Butuh penenang

Gambar
  Keresahan Hatiku Juga Butuh penenang Oleh: Ary Pelangi   Malam ini mendung, meski tidak turun hujan. Semoga langit akan kembali cerah, sebab aku merindukan bintang-bintang. Aku teringat akan pertanyaan marathon darimu tentang keraguan-keraguan hidup yang mungkin saja sedang menghantui langkahmu. Semoga jawaban yang kuberi mampu menguatkan langkahmu meski hanya sedikit. Setidaknya dapat menjadi teman cerita dalam perjalananmu yang panjang. Lalu siapa yang menjadi penguat untuk diriku? Belakangan, banyak orang yang mengajakku bercakap perihal cinta. Mempertanyakan banyak hal tentang pilihan hidup yang kupunya. Mungkin karena aku masih begitu santai menjalani hidup sendiri sementara Perempuan seusiaku telah menemukan pasangannya. Santai, itu yang mereka lihat. Orang-orang tidak tahu betapa gaduhnya kepala yang terus bergulat dengan hati. Tidak tampak memang, tapi cukup melelahkan. Menjadi seorang perempuan yang belajar berjalan tanpa tongkat rasanya sungguh melelahk...

Keraguan Masa Depan

Gambar
  Keraguan Masa Depan Oleh: Ary Pelangi   Pertanyaan-pertanyaanmu itu apakah cermin dari hatimu yang ingin menikmati secangkir kopi panas, tetapi takut tumpah saat hendak menyeduhnya? Sebesar itukah kekhawatiranmu perihal masa masa depan? Sini, aku temani kamu duduk. Biarkan sejenak kopimu di atas meja, sebentar lagi mungkin akan menjadi lebih hangat dan kamu dapat menikmatinya perlahan sembari bertutur tentang keresahan-keresahan hidup. Tidak ada musik, hanya alunan gerimis datang sebentar lalu menghilang yang menjadi temanku menjawab setiap goresan ragumu. Sebelum pertanyaanmu datang, aku sudah lebih dulu berusaha mencari jawaban atas pertanyaan serupa. Kamu kembali membawaku berjalan pada hari-hari lalu yang penuh dengan begitu banyak ragu. Aku percaya bahwa bahagia tidak selalu berarti tanpa duka, lara, luka, atau derita. Sebab senyumku hari ini bisa jadi adalah persembunyian atas tumpukan duka, gundukan lara, keping-keping luka, hingga barisan derita. Ketika kau...

Mungkinkah Hatimu Tertaut Hatiku

Gambar
  Mungkinkah Hatimu Tertaut Hatiku Oleh: Ary Pelangi   Mungkinkah hatimu tertaut hatiku? Pertanyaan itu sering berputar dalam benakku, menghantui malam dengan keraguan yang tak kunjung sirna. Aku ingat, bagaimana senyummu kala menyapa di stasiun kereta. Kau tidak berhasil menyihir seluruh duniaku, tidak ada yang istimewa, biasa. Hanya saja, ada tatapan matamu yang berbeda, seolah-olah ada cerita yang sengaja kau sembunyikan. Mungkin serupa tanyaku, mengapa rela bertemu di stasiun kereta? Tidak banyak cerita bertutur. Kursi tempat dudukmu tidak berdampingan dengan kursi tempat dudukku. Aku dan kamu tidak saling berhadapan, sesekali menoleh tanpa suara mengudara. Aku menatap jendela dan bercakap dengan isi kepalaku sendiri. Rasanya masih tidak percaya saja, mengapa aku terima perjalanan asing ini? Perjalanan yang hanya mengikuti jalur kereta dengan tujuan stasiun akhir pemberhentian. Sialnya, berulang kali aku mendapati dirimu mencuri tatap akan diriku. Aku hanya bisa ...

Haruskah Aku Percaya Berita?

Gambar
  Haruskah Aku Percaya Berita? Oleh: Ary Pelangi   Percayalah, aku tidak sepercaya itu jika kamu sejatuh cinta itu padaku, meski orang-orang bilang begitu. Aku berdiri di tengah keramaian, mendengar bisik-bisik di sekitarku, ucapan-ucapan yang mengatakan bahwa kamu mencintaiku dengan sepenuh hatimu. Namun, benarkah begitu? Atau ini hanya ilusi yang diciptakan oleh orang-orang yang melihat kita dari kejauhan? Aku ingat malam-malam kita berbicara tentang masa depan, tentang mimpi-mimpi yang ingin kita raih bersama. Namun, di setiap cerita, aku selalu merasa ada yang kurang. Mungkin karena aku terlalu sering mendengar kata-kata orang lain, yang mengatakan bahwa kamu begitu mencintaiku. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kita. Mereka hanya melihat tampilan luar, tanpa memahami perasaan yang sebenarnya. Kadang-kadang aku merasa, kamu hanya bermain dengan kata-kata, mengucapkan apa yang ingin aku dengar, tanpa benar-benar merasakannya. Cinta, bagi mereka,...

Aku Kira Kita Setara

Gambar
  Aku Kira Kita Setara Oleh: Ary Pelangi   Mataku kembali menyapu kata-kata yang tertulis dalam buku agenda. Siapa sangka aku yang tidak menyukai olah raga kini harus menjadikannya agenda rutin demi alasan kesehatan. Aku berusaha menemukan diriku yang dulu, tapi tak bisa. Berat badan terus bertambah, tapi tidak diiringi dengan penambahan tinggi badan. Ukuran baju dinas juga tak lagi sama. Bisa terbayangkan bukan? Singkat cerita aku kehilangan diriku. Sebenarnya itu bukan satu-satunya alasan kenapa aku lebih sering mengelilingi alun-alun kota hingga belasan putaran. Aku tidak hanya kehilangan diriku, tapi aku juga kehilangan kamu. Kini, aku tahu, mempertahankanmu tidak semudah itu. Tidak cukup hanya dengan mencari kabarmu dan mengirim pesan-pesan random untuk menganggu waktumu. Saat kita kembali akrab, aku piker kita setara, rupanya hanya sementara. Mengulik banyak kisah tentangmu, aku pikir kita akan sepadan dalam segala-galanya, tapi ternyata hanya menjadikanku sema...

Kau Juga Pernah Jatuh Cinta, Bukan?

Gambar
  Kau Juga Pernah Jatuh Cinta, Bukan? Oleh: Umi Satiti   Aku juga tahu kau pernah meletakkan harapmu pada seorang gadis, dan itu bukan aku. Meski bukan pertanyaan langsung, tapi aku mendengar kau mengakuinya. Hari itu dalam sebuah percakapan sederhana selepas aku pulang dari perjalanan. Aku tidak tahu banyak tentang gadismu itu, hanya saja berita-berita sampai padaku. Aku cemburu? Oh, tentu saja tidak. Dia adalah bagian perjalanan yang kau miliki. Bagian dari masa yang membentukmu menjadi seperti hari ini. Mungkin juga dia masih menjadi bagian kisah yang belum hilang dari ingatanmu. Terbukti dari senyummu yang tak bisa menipu ketika seseorang bertanya tentang gadismu itu. Tenang, aku tidak ingin mengusiknya. Dia adalah bagian dari ceritamu yang aku tidak harus tahu kebenarannya. Tidak mungkin jika tanpa cerita. Kau berhak memiliki ceritamu tanpa harus bercerita kepadaku. Jika itu perihal perasaan yang sempat istimewa, aku tidak bisa memintamu untuk melupakannya. Aku ...

Masa Lalu

Gambar
  Masa Lalu Oleh: Ary Pelangi   “Masa lalu saya adalah milik saya, masa lalu kamu adalah milik kamu, tapi masa depan adalah milik kita.”             Rangkaian kata dari B.J. Habibie memang tidak pernah gagal untuk memberikan penyemangat dalam kehidupan ini. Beliau selalu punya cara untuk menghadirkan inspirasi bagi jiwa-jiwa yang patah hatinya. Bagaimana tidak? Kisah hidupnya begitu indah digambarkan dalam sebuah film yang laris di pasaran.             Siapa yang tidak tahu dengan romantisnya kehidupan Bapak Habibie bersama Ibu Ainun. Tentang perjuangan Bapak Habibie di negeri orang hingga kembali lagi ke pangkuan Ibu Pertiwi dan memimpin negeri ini. Nyatanya, kisah cinta beliau turut memberi warna dalam perjuangan hidup. Tidak mungkin tanpa badai. Bahkan dalam film yang memuat kisah beliau, ada begitu banyak badai yang menjadikan cinta keluarga semakin kokoh...

Aku Tidak Mengejarmu

Gambar
Aku Tidak Mengejarmu Oleh: Ary Pelangi ~ Aku cukup tahu diri untuk tidak mengejarmu yang berlari menjauh. ~ Diri ini entah kenapa kadang terlalu peka dengan suasana. Tanpa perlu dijelaskan   pun aku sudah paham bahwa antara aku dan kamu yang sedang akrab harus menjauh. Harus memudarkan jarak dan menyamarkan pertemuan meski hanya melalui pesan-pesan kata. Terlalu rapat justru berbuah cerita yang tak sedap untuk dijalani. Banyak kejanggalan yang mulai menjadi beban dalam pikiran. Banyak kata yang terlalu mengoyak perasaan.   Sejak awal harusnya aku tak memberi ruang untukmu bercakap denganku tentang hal-hal yang sangat pribadi. Seharusnya memang hanya cukup sebatas jalinan professional dengan dunia kerja yang saat ini sedang aku jalani. Menjadi rekan kerjamu yang berbeda kota. ‘Harusnya’ dan banyak ‘harusnya’ lainnya yang membuat aku harus   menganggapmu berlalu begitu saja. Bukankah sudah cukup dengan deret cerita perihal pendidikan, petualangan, dan sesekali sibuk...