Postingan

Menampilkan postingan dengan label ikhlas

Bermain Logika Cinta

Bermain Logika Cinta Oleh: Ary Pelangi Hei, pernahkah kau merasa kembali ke masa kecil, ketika permainan logika tak lebih dari teka-teki sederhana yang menyenangkan? Begitulah rasanya saat aku jatuh cinta padamu. Sebuah permainan logika yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, menjadi begitu rumit, begitu membingungkan.  Awalnya, cinta itu datang seperti angin lembut yang meniupkan harapan baru dalam hidupku. Seakan-akan, semesta berbisik halus di telingaku, memberi tahu bahwa kau adalah jawaban dari semua pertanyaan yang pernah ada dalam benakku. Namun, cinta juga datang dengan permainan logika yang penuh tantangan. Pertanyaan-pertanyaan tak terjawab mulai muncul, mengusik ketenanganku. Aku jatuh cinta, dan tiba-tiba, aku harus kembali bermain logika. Aku harus menimbang setiap kata yang ingin kuucapkan, setiap langkah yang ingin kuambil. Aku harus berpikir, bukan hanya dengan hati, tapi juga dengan kepala. Aku harus memastikan bahwa perasaanku ini nyata, bukan sekadar ilusi yang a...

Badai yang Mana Lagi?

Gambar
Badai yang Mana Lagi? Oleh: Ary Pelangi             Katakan padaku badai mana lagi yang harus aku lewati? Bukan bermaksud menyombongkan diri sembari mengatakan aku sangat kuat. Aku hanya sedang meratapi diri mengapa cobaan hidup ini begitu bertubi-tubi? Sungguh, hari-hari terasa begitu berat untuk sekadar disambut dengan semangat. Langkah pun terasa hampa menapaki rutinitas yang rodanya selalu serupa, rumah kontrakan, tempat kerja, dan kembali lagi ke rumah kontrakan. Sementara ponsel masih menjadi hiburan paling favorit jika dibandingkan tumpukan buku. Mungkinkah telah mati rasa?             Kehilangan demi kehilangan menjadi penggungah suasana yang menjadikan hari berwarna   dengan rasa pahitnya. Membuat mataku terjaga untuk menikmati tengah malam yang berganti dini hari. Diri menyaksikan bintang-bintang yang sesekali ditemani purnama meski tak lama. Sampai pagi...

Jendela Kamar dan Secangkir Kopi

Gambar
Jendela Kamar dan Secangkir Kopi Oleh: Ary Pelangi             Sepulang kerja hanya ingin merebah di atas kasur tanpa layar ponsel. Berharap dapat mengistirahatkan raga dan jiwa yang selalu saja payah dengan cerita-cerita kehidupan. Diri ini tak ingin mendengar kabar apapun lagi perihal pekerjaan dan berita-berita viral di social media. Tidak ingin pula melihat tayangan-tayang komedi yang biasa menciptakan tawa. Hanya ingin merebah dan hilang segala payah. Hanya saja harapan itu masih sekadar harapan dari hari ke hari yang belum juga terwujud.              Kenyataannya sesampainya di kontrakan harus segera mengguyurkan air ke seluruh badan agar terbebas dari keringat. Membersihkan wajah dari make-up yang bercampur debu-debu jalanan. Menggantungkan baju yang telah direndam deterjen, lantas menyiapkan nasi beserta teman-temannya untuk mengisis perut yang butuh asupan nu...

Ambigu

Gambar
Kau merajut cinta dengan dia, menyiramnya dengan perhatian, dan mencoba menyembnyikannya. Sayangnya, aku terlalu peka dengan riak rasa yang kau cipta. Namanu pernah tersebut dalam sebuah percakapan yang menghadirkan tawa penuh sayatan luka. Bukan karena aku kehilangan kamu lagi, hanya saja aku tahu akhir ceritamu akan berujung luka. Bunga yang kamu siram, kamu jaga hingga akarnya, dan kamu banggakan akan menemui tuannya. Itu bukan kamu yang bekerja keras membuatnya tersenyum ketika luka. Sebuah ingatan membawa akan percakapan lintas masa. Mempertemukan aku dengan sahabatmu dan mendengar pengaduan tentang kisah hidupmu. Semua itu seirama, jejak yang membuatku hanya menjadi pendengar setia lalu tertawa dalam luka. Ingin mematahkanmu hari itu juga, tetapi kamu begitu yakin bahwa dia akan menjadi milikmu. Hidup bersamamu dan menikmati alam ciptaan Yang Maha Esa dalam kebersamaan yang sakinah, mawadah, dan rahmah. Itu hanya mimpimu yang ingin aku hapus sejak kamu mengaku memperjuangkan ...

Paket Komplitnya Kamu

Gambar
    Kamu adalah paket komplit yang menemani perjalanan ini begitu lama. Kamu adalah paket komplit yang tak bisa diurai untuk dipilih mana yang aku suka lantas aku singgkirkan bagian yang tidak kuinginkan. Kamu adalah paket komplit yang tidak pernah bisa ditawar. Malam ini hujan deras menjelang waktu tidur. Inginku menarik selimut saja menutup hari dengan doa-doa untuk hari esok. Seperti biasa, aku tuntaskan dulu pesan-pesan di ponsel agar tidak menjadi tanggungan hari berikutnya. Sayangnya, pesan atas namamu muncul dalam sebuah label percakapan, entah mempercakapkan apa, aku tidak begitu mengerti. Aku mengenalmu saat rintik hujan, dalam sebuah perjalanan dan mengisahkan riak-riak air langit yang jatuh di atap. Aku mengenalmu dalam senja yang tidak pernah sempurna kemerah-merahannya. Dalam jauhnya langkah yang menelusuri trotoar, di sanalah aku memahami dirimu yang lain. Sisi hidup yang tidak aku inginkan ada padamu. Sosok keras kepalanya kamu dan dinginnya sifatmu. Ingin s...

Suara Hati

Gambar
   Hujan sore ini mengingatkan aku akan banyak cerita. Rintiknya membawaku berkelana pada ribuan aksara yang pernah tersaji dalam lembar karya. Sesekali kilat menyambar membangunkan lamunan bahwa pernah tercipta luka dari sebuah kelana. Guruh bersuara membenarkan bahwa ada bekas luka yang masih tersisa dalam goresan pena. Salah siapa? Hati menyalahkan logika yang terlalu angkuh mengambil setiap keputusan tentang rasa. Sementara akal berteriak mengutuk hati yang terlalu lemah dan tidak pernah mampu memilih kebijakan. Keduanya terus beradu hingga kumandang azan memanggil untuk berbuka. Diri meneguk air setelah sehari menahan dahaga. Aku tidak mengerti mengapa mereka selalu berdebat? Hati dan logika tidak pernah sepakat tentang paket cinta yang datang menyuguhkan masa depan. Sementara jari-jari tangan memilih akrab dengan lembaran kertas dan pena. Merekam setiap perdebatan lantas menyuguhkannnya di atas panggung pameran. Sementara mata menjadi bagian paling sengsara sebab h...