Dulu Kita Pernah Berjanji

kita disuatu masa

Satu tahun sudah janji yang dulu sempat terucap. Dari ketulusan hati di ruang redup bersama kita mengucap janji. Mengapa dulu kita berjanji? Tuluskah janji yang pernah terucap itu?
Sejak hari itu hidup kita berubah. Bagaimana aku bahagia dengan janji itu. Aku dan dirimu  bersama mengukir cerita baru. Menggoreskan pena untuk melukis sejarah kehidupan. Kita melangkah bersama. Kita pun pernah berjanji akan saling menjaga. Apapun yang terjadi dan dalam keadaan apaun akan kita lewati. Ingatkah hari-hari saat kita tertawa bersama?
            Segala terasa indah. Hari-hari kita lewati. Engkau ada dalam hari-hariku. Begitu pula aku yang mengisi hari-harimu. Saling melengkapi satu sama lain. Itulah kita dalam cerita hidup ini.
            Dalam kesepian, engkau hadir meramaikan. Dalam kegelapan engkau datang membawa cahaya. Dalam pelukanmu aku bersandar saat tak mampu lagi ragaku berdiri. Dalam dekapan kasih sayangmu aku tegar melewati hari-hari yang mengguncang. “Kita pasti bisa melewati semua ini.” Begitu engkau katakan. Meyakinkah aku bahwa semua akan baik-baik saja.

            Langkah tetap menapak dalam jalan ini. Menyisakan jejak yang tak kan mudah tuk dihapus. Jalan ini masih jalan yang seperti dulu. Jalan yang akan kita lalui bersama. Jalan yang belum pernah sebelumnya kita lewati. Semakin mendaki, semakin sempit. Tikungan sudah menghadang jalan. Mampukah? Keringat terus bercucuran. Sudah biasa teriknya matahari menghajar raga yang lelah. Meski sejenak kadang harus berteduh. Menyelamatkan diri dari badai. Bareng-bareng aku dank au saling menjaga agar tidak terjatuh.
            Saat aku mulai tersadar keadaan sudah berbeda. Meski sudah terlalu sering aku terjatuh dan bangun lagi bersamamu. Tapi tahukah ingin rasanya aku menyudahi ini. Sudah tidak sanggup rasanya. Tetapi engkau bilang padaku ini belum seberapa. Bertambah berat pula yang niatku tuk bertahan. “Bertahanlah sebentar lagi. Kita akan sampai.” Begitulah engkau terus menuntun langkahku. Meski aku harus lebih sering lagi berlari. Meski harus lebih sering lagi aku terjatuh. Selalu akan ada kata “Sebentar lagi. Bertahanlah.”
            Kembali aku pandangi gambar-gambar itu. Yang menjadi bukti aku ada denganmu. Dalam hari-hari yang paling membahagiakan sekalipun. Saampai saat-saat terburuk yang harus kita lepaskan. Namun kini semua sudah berbeda. Saat aku sadari dirimu tak lagi ada disisiku. Saat bukan dirimu yang menemani aku. Sungguh aku kehilangan. Aku kehilangan serpihan kata dalam ceritaku. Bahkan aku tak tahu lagi dimana harus aku tempatkan spasi. Ataupun kesempatan untuk mengganti dengan kata yang lain. Agar dapat kurangkai cerita sejarah perjalanan ini.
            Janji itu, aku putar kembali rekaman suaranya. Terdengar begitu indah. Tak kuasa aku mengingat semua itu lagi. Saat aku tak lagi mampu menahanmu tuk tetap tinggal. Setelah berbagai upaya tuk menahanmu tak lagi bisa. Ketika harus benar-benar aku melepasmu saat kau katakana “Aku tak lagi bisa.” Saat itu aku memburumu untuk meyakinkan aku tentang kepergianmu. Tetapi engkau katakan engkau tidak bahagia disini. Engkau lelah dengan yang terjadi. Engkau kecewa dengan yang ada. Tidak bisa lagi aku menahanmu. Meski masih terlalu sering aku meminta kau kembali. Sampai batas waktu yang kunantikan kau tidak lagi datang. Aku terima.
            Terimakasih untuk janji yang pernah terucap. Aku percaya itu bukan janji yang kau ingkari. Meski engkau tidak ada disampingku. Meski kau tidak berada lagi bersama langkah ini. Tetapi engkau ada dalam semangatku. Aku bertahan sampai batas waktu yang aku punya. Mengakiri kisah ini dengan indah.
sejarah telah terukir indah

Janji ini bukanlah janji yang aku ataupun dirimu ingkari.
Janji ini bukanlah janji yang aku ataupun dirimu lupakan.
Janji ini bukanlah janji yang aku ataupun dirimu tinggalkan.

Bukan kau yang pergi meninggalkan kenyataan.
Bukan kau yang pergi karena lelah dan kecewa
Bukan kau yang pergi karena tak sanggup lagi
Bukan kau yang pergi dan mengakhiri janji indah ini

Bukan pula diriku…
Bukan aku yang menjauh
Bukan aku yang tidak peduli
Bukan aku yang membiarkanmu pergi
Bukan aku yang tak mampu menahanmu disini

Tetapi kita….
Kita penuhi janji itu
Kita penuhi janji suci itu

Bukan janji untuk selalu bersama melewati jalan ini

Bukan pula janji untuk setia sehidup semati


Kita pernah berjanji untuk saling menjaga satu sama lain
Dalam kehidupan ini, apapun yang terjadi

---0---
8 April 2012
Ary Pelangi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paket Cinta // Suami Istri Lyfe

Menghilang di Batas Rasa

Menikah Denganmu // Suami Istri Lyfe