Engkau Cantik dengan Jilbabmu

Cinta....
Bagaimana kau lewati hari indahmu? Masihkah sama dengan hari-hari sebelumnya? Masihkah sederetan kata kertulis palam agenda harianmu? Tak adakah lagi beberapa menit saja engkau menulis lagi untukku? Tentang aku?
Mungkinkah sudah terlalu lama engkau menantikan cerita ini. Sebenarnya aku sudah sejak lama menulisnya. Maaf baru saat ini aku kirimkan untukmu cinta. Semoga engkau baik-baik saja..
***


Cintaku…
Ingin rasanya kini aku bertemu denganmu. Memastikan sendiri keadaanmu dengan kedua mataku. Agar aku percaya, engkau baik-baik saja. Ingin rasanya aku pulang kerumah. Menepis baying-bayang yang kini sering menghiasi lamunanku. Mungkinkah sudah terlalu lama aku pergi? Mungkinkah telah terlalu lama aku jauh darimu.
Hari ini aku kirimkan cerita untukmu. Tentang teman-temanku yang ada disini. Semga saja ini bisa menjadi cerita yang akan bermakna dalam hidupmu. Tetang teman-teman perempuanku yang begitu luar biasa. Kau tahu kenapa? Karena mereka memberikan pelajaran berharga dalam hidupku. Karena mereka mengingatkan aku akan dirimu disela-sela kesibukanku. Mereka membuatku menulis sebanyak ini dan menyampaikannya padamu. Aku selesaikan tulisan ini dalam semalam. Disela-sela aku menggarap sederetan tugas kuliahku juga naskah-naskah yang dudah hampir habis waktunya.
Cinta, aku rindu dengan senyuman manismu. Wajahmu yang polos dan juga lugu. Aku merindukan nyanyianmu. Aku ingin mendengar lagi suaramu. Kapan ya ak bisa pulang? Tentu kau sudah tidak sabar menantikanku. Tapi kali ini, biarkan cerita ini menjadi ungkapan hatiku.


Namanya Iya. Nama yang aneh untuk diucapkan bukan? Dia cantik, ramah juga pintar. Kau tahu, dia mengenalkan aku pada sederetan kisah hidup yang luar biasa. Senyumnya manis dan supel orangnya. Kau tahu bagaimana dia selalu tampil cantik dengan celana jins, stelan kaos cerah dan kain kerudung dengan tren terkini. Begitulah dia biasa tampil bersama keceriaannya. Ngobrol, bercanda juga tertawa. Aku tidak begitu tahu aktivitas lain yang dilakukannya di luar kampus. Tapi aku dengar dia punya begitu banyak teman yang menyayanginya. Suatu hari aku merasa tercengang ketika mendengar cerita dari teman SMA Iya. temanku itu bilang dulu Iya tidak seperti itu. Iya selal tampil cantik di sekolah. Dengan jilbab sholikhahnya. Dengan kepolosannya dan juga dengan sikap dan tuturkata yang lemah lembut. Teman-temannya juga begitu. Sampai dia menjadi bahan perbincangan karena dia yang sholikah.

Cinta…
Itu Iya. seorang mahasiswa yang satu universitas denganku. Awalnya aku juga tidak percaya tapi setelah aku telusuri lagio cerita itu ternyata benar adanya. Apa yang kau pikirkan cinta? Jangan dulu kau berpikiran macam-macam padaku. Aku masih punya satu cerita tentang seorang gadis yang juga satu universitas denganku. Dia mirip sekali denganmu.

Tisya, begitulah biasa aku menyapanya. Namanya cantik bukan? Aku yakin bila belum aku britahu dia mirip denganmu. Yang kau pikirkan adalah gadis cantik dengan rambut hitam lurus dan tubh yang semampai. Bukan seperti itu. Dia imut juga lucu. Tomboy dan juga pendiam. Mirip dengan dirimu. Meski selalu berusaha tampil apa adanya, Tisya tetap memperhitungkan nilai estetika dari apa yang dia pakai. Belakangan ini hampir setiaphari dia ke kampus mengenakan rok dan baju berwarna cerah. Jilbabnya yang terulur dan dengan make-up ala kadarnya. Tapi beberapa hari yang lalu keceriannya memudar. Ternyata baju warna cerah dia gunakan untuk menutupi kesedihannya. Dia mengadu padaku tentang penampilannya. Kau tahu, aku melihatnya dengan jilbab yang terulur meski bukan jilbab yang seperti dikenakan oleh kawan-kawannya. Aku suka dengan semangatnya yang berlahan mulai kembali. Tatapi semangat itu menghilang saat temannya menuntut lebih. Ketika seorang temannya menginginkan Tisya untuk tampil lebih lebar dengan jilbabnya. Ketika temannya menuntutnya untuk mencapai kopetensi religius yang lebih seperti teman-temannya yang lain. Itu bukan menjadikan Tisya semangat. Tetapi justru membuat Tisya merasa terjatuh. Tuntutan itu terlalu berat untuk Tisya. Aku sedih melihat dia kehilangan semangatnya. Semangat kuliah, semangat belajar juga semangat mengajinya harus diuji dengan cara seperti itu.



Cinta…
Masihkah engakau disana? Dengan hijabmu yang dulu engkau perjuangkan? Yang dengan air mata engkau dapatkan. Masihkah kain itu menghiasi kepalamu? Menutupi rambut ikalmu yang dulu terikat dua?
Sungguh, aku ingin pulang dan memastikannya. Hingga akhirnya aku percaya dengan apa yang akan aku lihat. Bukanlah kain yang melilit leher. Bukan pula semangat hidupmu yang hilang. Atau sederetan amarah yang kau ucapkan. Bukan pula kamar kecilmu yang akan penuh dengan dengan sobekan-sobekan kertas. Bukan pula seisi kamar rata dengan lantai. Bukan itu yang ingin aku lihat.
Hampir tiga tahun cinta. Aku tidak melihatmu. Hanya lembaran cerita. Hanya beberpa foto yang aku lihat dari kisah hidupmu. Kadang semua ini membuat aku frustasi. Aku takut cinta. Sungguh bukan karena aku tidak percaya. Bukan pula aku meragukanmu. Tetapi cinta, karena aku sayang. Karena aku peduli. Karena aku tidak ingin engkau mengalami apa yang terjadi pada Iya ataupun Tisya. Sungguh…
Cinta…
Apa yang masih membuatmu ragu? Kau memiliki lebih. Aku percaya padamu. Meski aku tidak bersamamu. Meski aku tidak melihatmu. Meski aku tahu kehidupan kampus tidaklah mudah bagimu juga bagiku. Tetapi cinta, aku masih berharap kita bisa saling untuk percaya. Masih bisa saling mengingatkan dan menjaga.
Dengarkan aku cinta. Jangan engkau bersedih ataupun marah dengan apa yang orang katakan kepadamu. Bisa jadi engkau tidak menyukainya. Boleh saja engkau tidak mengikutinya. Tapi dengarkanlah. Bila memang itu baik bagimu. Bila memang itu bermanfaat untuk hidupmu maka terimalah. Namun bila itu menyakitimu, melukai hatimu ataupun membuatmu bersedih, maafkanlah.
Cinta…
Tetaplah tersenyum. Tetaplah dengan jalan ini. Karena Islam itu indah. Semoga perjalan ini mengantarkan kita ke surga abadi.

Ary Pelangi
Kota Negeri Khayalan
26 Maret 2012 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paket Cinta // Suami Istri Lyfe

Menghilang di Batas Rasa

Menikah Denganmu // Suami Istri Lyfe