Tentang Cinta

"Bukan karena kau, aku dan mereka."

Selama ini semua baik-baik saja. Perjalanan ini begitu menyenangkan denganmu. Langkah ini teramat nyaman menapak seiring dengan langkahmu. semua itu karena ada ada cinta. Benar, ada cinta yang terlanjur mengisi ruang dalam hati. Ada cinta yang selalu terasa dalam nafas yang tak sempurna.
Perjalanan ini teramat istimewa. Saat dengan sadarku aku rela ada kehidupan lain mengisi relung-relung yang dulunya hampa. Kedua mataku terbuka dengan jelas dan aku pandangi wajah yang teramat asing dalam ingatan. Hingga semua menjadi biasa karena telah terbiasa memandang. Telinga telah biasa mendengar detak langkah kakinya. Suara-suara sumbang yang turut mengusik ketenangan senja.
Cinta, mungkinkah cinta ini terlalu cinta yang melampaui batasnya? Maafkan aku wahai Sang Pemilik Cinta.
Kenyataannya memang seperti itu. Bagaimana bisa terus berbohong dengan kata yang tak sempurna. Membiarkan metafora terus beradu dengan kenyataan. Semua ini kadang membuatku enggan untuk kembali berteduh dalam rumah cinta yang begitu indah. Menghirup lagi semangat yang hampir menghilang.
Tetapi dunia terlalu mengerti. Kehidupan terlalu memahami diri ini. Begitupun nafas-nafas yang tak sempurna. Derap-derap langkah yang mulai menjauhpun masih terasa lekat dengan jejaknya. Mungkinkah dunia ini tak melewatkan sepotong episode saja dalam laju nafas yang tertahan. Hingga aku temukan sepotong kenyataan untuk katakan "Tidak!"
............
"Ya, aku mengerti." Lantas senyuman penuh pengertian ini mengalihkan fokus dunia. Padahal tidak ada sepotong kata yang keluar dari ujung biirku. Namun semua itu jelas, atau hanya prasangkaku saja yang menjelaskan semua itu.
Nafas-nafas ini memang terlahir seperti ini. Mengisi sepenggal kehidupan yang teramat sangat singkat. Mengerti, memahami dan menyayangi sepenuh hati. Tidak mungkin bila tidak ikhlas. Tidak mungkin tidak ada kerelaan. Kenyataan telah membuktikannya. Cinta.
Apa lagi yang harus dipertanyakan? Pengorbanan? Ketulusan?
Peluh itu telah menjawabnya. Betapa pengorbanan yang sering menyakitkan raga. Betapa sering tersengat dengan hebatnya surya. Bagaimana menempuh peluru-peluru hujan yang jatuh dari langit. Siang dan malam yang sering terjaga untuk bercerita pada dunia.
Air mata itu telah menjawabnya. Perjalanan yang kadang mengguras emosi. Beradu dengan hamtaman amarah. Merasakan kata yang terlalu menyesakkan jiwa. Hingga dunia terlalu mengerti kelopak tak sanggup lagi menahan tekanan-tekanan nafas kehidupan yang semakin berat. dunia juga terlalu memahami air mata yang hanya tersimpan dalam sudut kamar yang sengaja pengap.
Itu hanya serpihan kecil cinta yang kita milki. Hanya serpihan yang entah keberapa dalam nafas kehidupan. Semua tersadar dalam ucap kata cinta yang semoga masih dalam ketulusan. Setulus dalam janji yang terucap. Setulus do'a yang tak terlewatkan dalam sujud. Mengenang riuh tawa yang tak ingin aku lupa. Mengenang senyuman yang menentramkan. Mengingat kembali pertengkaran-pertengkaran kecil yang menjadikan saling rindu satu sama lain.
Masih ada perekat hati yang tidak akan habis oleh masa. Sampai hembus nafas ini berhenti dan peristirahatan menuju rumah abadi. Rumah yang sering engkau ingatkan bahwa kita akan kesana. Menetap dalam kenyamanan yang tiada terbatas.
Cinta tidak akan pernah salah. Perjalanan ini adalah anugrah yang indah. Mengajarkan cinta yang berbeda.
Kata ini akan tergenapi seiring bergulirnya waktu. Saat kita telah terbiasa berpisah satu sama lain. Bukan untuk memutuskan cinta. Tetapi.... 
Takdir kehidupan ini yang harus kita jalani.

08 Oktober 2013
Ary Pelangi
Kota Negei Khayalan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paket Cinta // Suami Istri Lyfe

Menghilang di Batas Rasa

Menikah Denganmu // Suami Istri Lyfe