Ketika Pelangi Terlalu Cinta


Untuk engkau yang aku panggil sahabat,

“Persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu”


Sahabatku, kau bak pelangi yang indah warnanya. Tanpa kuduga engkau hadir menghiasi langit hidupku. Aku menyayangimu, tetapi tak mampu aku katakan “aku menyayangimu”.
Ditahun kelima kita berjumpa dengan kata perpisahan, menempuh jalan hidup ini masing-masing. Menikmati awal karir dengan gelar sarjana, walau sebagian dari kita masih menyusun skripsi dan menantikan wisuda. Ada juga yang masih terlalu nyaman dengan kuliah, tetapi aku tahu kau tidak akan menyesal menjalani ini semua.

Perjalanan yang hampir lima tahun kita jalani. Tidak mungkin bila tidak ada yang berharga, menyisakan kenangan yang sulit untuk dilupakan. Sampai hari ini aku masih mampu membayangkan senyummu tetapi aku takut bila esok aku terbangun dan lupa akan kebahagiaan yang pernah kita lewati. Saat aku menulis surat ini masih jelas gema tawamu dan aku takut bila esok aku tertawa hanya akan tinggal teriakan penuh rasa marah.
Aku tahu engkau hebat, sangat hebat dimataku. Kau yang terlalu cerdas dengan segala kelebihan yang kau miliki. Tetapi tetap saja pernah aku merasa kesal saat handphone tidak menyala, saat tidak bisa aku menghubungimu. Saat aku dalam masalah dan dirimu entah ada dimana lantas kau kembali seakan semua baik-baik saja. Meski begitu kau lebih sering membuatku merasa nyaman dengan sikapmu yang begitu bersahabat. Mencoba memahamiku disaat paling sulit sekalipun.
Berapa pertengkaran sudah kita lewati? Berapa teriakan sudah saling kita lontarkan? Berapa kali buku-buku juga handphone pernah terlempar padamu? Saat aku harus benar-benar kesal karenamu. Selalu berdebat, selalu saja pertengkaran dan berujung frustasi. Biar saja aku terus mengalah saat aku tidak lagi tahan dengan sikapmu. Hari itu pernah orang-orang menyalahkanku atas keberadaanmu. Tetapi aku sadar, aku lebih banyak tertawa denganmu. Kau tempat yang paling nyaman untuk menjadi pelampiasaan marahku. Karena denganmu rasa kesal dalam hati mampu meluap hingga tidak memenuhi perasaanku.
Bagaimana mungkin kau teramat bijak dalam hidupmu? Memaafkan aku yang tidak sempurna menemanimu.
Perjalanan ini telah menyatu dalam kehidupanku. Membuatku mengerti lebih banyak tentang warna-warni kehidupan. Saat kepada siapa aku harus mengadu dan melampiaskan perasaanku. Kapan aku harus tertawa juga tersenyum. Hingga aku tidak akan pernah takut lagi untuk kehilangan dirimu. Kau benar, aku tidak akan takut lagi kehilanganmu.
Seperti inilah rasa sayangku padamu. Tidak sesempurna dari kasih yang pernah kita jalani bersama. Dimatamu memang aku tidak sempurna, aku mengakui itu sejak dulu. Aku sadar, apa artinya “sering terlupakan”. kata yang teramat menyakitkan selama aku bersamamu. Kata yang lebih menyakitkan dari aku harus berpisah dan kehilangan dirimu. Kemarahanku saat kembali membaca kertas dalam lembaran itu, mungkin melebihi setiap pertengkaran yang pernah kita lewati. Kata setahun lalu yang aku dapat dari rapor perjalanan kita. Itulah kata yang membuatku lebih semangat menyusun proposal penelitian dan segera menyelesaikan kuliahku.
Saat aku merasa sakit dan kecewa pada dirimu, aku hanya akan mengingat bahwa aku pernah melewati hari yang teramat menyenangkan dalam hidupku bersamamu.
Aku tidak membencimu, ataupun sekedar menyesal pernah bertemu denganmu. Tersenyum dan berbahagialah, karena aku akan menjalani hidupku dengan seperti itu.  Mencoba membalut luka yang pernah ada, menyembuhkan rasa sakit yang pernah terasa.
Kini aku bahagia, aku bahagia. Sungguh bahagia, sebab perjalanan kita mengantarkan aku pada penemuan hati yang benar-benar hebat. Tempat mengadu yang lebih tenang dan nyaman. Hati yang pernah hilang dalam hidupku karena tidak pernah mengizinkan seorangpun untuk benar-benar singgah dan menetap meski sekedar untuk menyayangiku. Hingga aku menyadari telah mengabaikan begitu banyak cinta dan kasih sayang.
Kau pernah bilang suatu hari nanti akan kita ceritakan perjalanan ini pada anak-anak juga cucu-cucu kita. Hingga mereka tahu betapa hebatnya masa ini kita jalani. Cukuplah mereka tahu behwa perjalanan ini teramat menyenangkakn, mengajarkan penerimaan, pengorbanan atas kasih sayang juga kerelaan dan keberanian untuk kehilangan. Inilah perjuangan kita atas nama Cinta pada Yang Maha Kuasa.
Suatu hari nanti bila kita kembali dipertemukan. Aku yakin itulah pertemuan yang lebih indah sebab kita akan teringat lagi dengan masa yang temat jauh. Suatu masa yang membuat kita mengerti betapa kita saling menyayangi, betapa kita saling peduli meski hanya sekedar mengingatkan untuk makan siang atau tidak pulang terlalu malam. Kaulah sahabat yang merelakan waktu untuk mengingatkan Dzuha disela-sela kepadatan aktivitas. Kau sahabat yang rela terbangun di malam hari untuk bersimpuh memohonkan ampunan untuk sahabat-sahabatmu.
Sahabatku, aku tahu pesan-pesanku sebelumnya terlalu memenuhi inbox-mu. Maka sekarang tidak akan lagi seperti itu. Pesan-pesan itu kini hanya akan aku sampaikan pada-NYA, agar Dia yang menyampaikan betapa aku merindukanmu. Saat aku dalam sepi. Ketika aku jenuh dan butuh seseorang untuk menemaniku bercerita.
Semoga engkau sukses dan bahagia. Aku berterimakasih untuk semua kenangan yang pernah kita miliki, perjalanan yang teramat mengagumkan.
Aku menyayangimu. Aku merindukanmu seperti langit yang merindukan pelangi.


Perjalananmu teramat panjang
Mungkin melelahkan kaki-kakimu
Bila kau dapati pelangi di langit
Jangan mencaci, membenci dan mengutuknya
Bila kau tak ingin, boleh kau tak memandangnya
Berhentilah berkisah tentangnya
Telaga diujung pelangi
Kecantikan bidari-bidadari kayangan
Itu hanya dongeng sebelum terlelap


Love,
Ary Pelangi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paket Cinta // Suami Istri Lyfe

Menghilang di Batas Rasa

Menikah Denganmu // Suami Istri Lyfe