Postingan

Akhir

Gambar
Belum juga sembuh luka yang dulu. Kini kau menggores luka yang sama dengan dirinya di ruang hatiku. Mengapa jadi begini hati ini? Aku mencoba memahaminya. Aku mencoba untuk mengerti tentang apa yang kau rasa. Memang sangat menyakitkan. Bukan hanya kau yang rasa semua itu. Aku juga begitu. Tidak jauh berbeda darimu. Untuk yang kesekian kalinya aku terluka dengan keadaan ini. Untuk yang kesekian kalinya aku merasa kecewa. Untuk yang tidak terhitung lagi air mata dan luka yang membuat hatiku begitu rapuh. Tapi kau bilang ingin mengakhiri ini. Kau bilang akan mengakhiri semua yang ada. Kau tahu, kau membuatku sangat marah. Iya, aku marah. Aku marah karena kau ingin mengakhiri semua ini. Aku matah karena aku takut kau akan meninggalkan apa yang telah kita impikan. Aku marah karena aku takut kehilangan lagi. Haruskah aku juga kehilangan mimpiku yang kedua kalinya. Mimpi untuk menjadikan keadaan menjadi lebih baik. Mimpi yang membuat kita mampu bersama melangkah dalam jalan

Aku dan Tinta Biru

Gambar
Kembali aku dalam hari-hari yang indah. Mengisi setiap langkah dengan cerita indah. Menuliskan kisahku dengan sebatang pena dalam selembar kertas. Aku lukiskan bahagiaku disana. Aku goreskan sisa luka yang tidak mampu lagi aku rasakan. Dalam selembar kertas yang menyimpan begitu banyak cerita. Dalam selembar kertas tempat aku bercerita. Sampai kapan aku harus dengan semua ini? Ada diantara tumpikan kertas yang penuh dengan makna. Sampai kapan aku berada diantara tumpukan kertas yang begitu sarat akan makna? Perjalanan ini membawaku sampai pada titik ini. Sampai aku berada dalam garis yang tak pernah aku duga sebelumnya. Ingin aku berpaling saja dari cerita-cerita ini. Ingin aku lepas saja dari kisah-kisah ini. Sudahi saja kisah ini sampai disini. Aku teringat akan sebatang coklat depan rumah yang pernah kau beri. Sungguh manis rasanya. Tapi disitulah pilihan pahit menantiku. Aku minta kau tuk menunggu jawaban dariku. Sungguh waktu itu engkau menunggu. satu hari, dua hari, tig

Masa Kecilku

Gambar
Ingin rasanya aku kembali pada masa itu. Suatu masa yang yang sangat menyenangkan dalam detik-detik kehidupan ini. Kala aku bisa tertawa riang. Saat aku bisa berlari sekencang-kencangnya. Saat itu aku tahu, tak perlu aku bersedih karena lelah. Tak perlu aku berfikir setelah ini akan terlelap dimana. YAng aku tahu, saat itu aku sangat bahagia. Bermain, berlari, tertawa dan bersenang-senang. Namun aku tahu, masa itu tidak akan terulang kembali. Masa itu kini hidup dalam kenangan. Sebuah narasi untuk aku ceritakan pada anak cucu suatu hari nanti. Suatu masa yang membuatku merasakan betapa bahagianya aku hidup di dunia ini. Kini telah ada cerita yang lain. Saat aku jalani langkah-langkahku. Bukan lagi aku berlari bebas sesuka hatiku. Bukan lagi aku bermain dan bergurau sampai aku tak sanggup lagi bermain. Bukan lagi tawa riang yang akan memecah kesunyian. Aku jalani kebahagiaaanku yang sudah berbeda dari masa-masa bermainku. Bukan lagi dengan mereka berselimutkan lumpur, Bukan pula

Perjalanan Ini

Gambar
Aku ingat tentang waktu yang telah berlalu Aku ingat akan senyuman manis darimu Aku ingat ketika kau genggam tanganku Aku ingat ketika kau mengakjakku melangkah bersamamu Aku ingat saat menjalani hari-hari denganmu Masih jelas ada dalam ingatanku Saat kau mengajakku berlari menyusuri jalan ini Saat kau tarik tanganku agar tak tertinggal jauh darimu

Rindu Rumah

Hembusan angin malam mengantarkan aku kembali dalam pelukan kampung halaman. Gelap. Gelap langit bercahayakan bintang-bintang. Selangkah aku menelusuri kampung yang telah lama aku tinggalkan. Masih bisa kuhirup udara kedamaian. krinduan ini, pada malam ini telah terobati. Tak pernah sebelumnya terfikirkan akan secepat ini aku kembali. Menapakkan kaki yang kini beralaskan sepatu kerjaku. belum sempat aku berganti baju dinasku. Dasi hitam masih menggantung. Ransel pemberianmu masih penuh dengan kertas-kertas kerjaku. namun semua itu tiada artinya. karna kini aku telah pulang. Aku hapus rindu pada kampung halamanku. Banyak yang telah berubah. pohon-pohon yang dulu menjadi tempat persembunyian telah hilang. pohon-pohon besar dipinggir jalan itu kini tak lagi menakutkan. Rumah itu kini juga telah berubah. Temboknya sudah bercat warna biru. Atap depan bukan lagi dari genting. Taman kecil yang dulu kini tiada lagi warna-warni bungaku. Aku hembuskan nafas. Akankah seseorang yang disana j

Engkau Cantik dengan Jilbabmu

Cinta.... Bagaimana kau lewati hari indahmu? Masihkah sama dengan hari-hari sebelumnya? Masihkah sederetan kata kertulis palam agenda harianmu? Tak adakah lagi beberapa menit saja engkau menulis lagi untukku? Tentang aku? Mungkinkah sudah terlalu lama engkau menantikan cerita ini. Sebenarnya aku sudah sejak lama menulisnya. Maaf baru saat ini aku kirimkan untukmu cinta. Semoga engkau baik-baik saja.. *** Cintaku… Ingin rasanya kini aku bertemu denganmu. Memastikan sendiri keadaanmu dengan kedua mataku. Agar aku percaya, engkau baik-baik saja. Ingin rasanya aku pulang kerumah. Menepis baying-bayang yang kini sering menghiasi lamunanku. Mungkinkah sudah terlalu lama aku pergi? Mungkinkah telah terlalu lama aku jauh darimu. Hari ini aku kirimkan cerita untukmu. Tentang teman-temanku yang ada disini. Semga saja ini bisa menjadi cerita yang akan bermakna dalam hidupmu. Tetang teman-teman perempuanku yang begitu luar biasa. Kau tahu kenapa? Karena mereka memberikan pelajaran b

Dulu Kita Pernah Berjanji

Gambar
kita disuatu masa Satu tahun sudah janji yang dulu sempat terucap. Dari ketulusan hati di ruang redup bersama kita mengucap janji. Mengapa dulu kita berjanji? Tuluskah janji yang pernah terucap itu? Sejak hari itu hidup kita berubah. Bagaimana aku bahagia dengan janji itu. Aku dan dirimu  bersama mengukir cerita baru. Menggoreskan pena untuk melukis sejarah kehidupan. Kita melangkah bersama. Kita pun pernah berjanji akan saling menjaga. Apapun yang terjadi dan dalam keadaan apaun akan kita lewati. Ingatkah hari-hari saat kita tertawa bersama?             Segala terasa indah. Hari-hari kita lewati. Engkau ada dalam hari-hariku. Begitu pula aku yang mengisi hari-harimu. Saling melengkapi satu sama lain. Itulah kita dalam cerita hidup ini.             Dalam kesepian, engkau hadir meramaikan. Dalam kegelapan engkau datang membawa cahaya. Dalam pelukanmu aku bersandar saat tak mampu lagi ragaku berdiri. Dalam dekapan kasih sayangmu aku tegar melewati hari-hari yang menggunc