Sebatang Coklat Naila

“Aku punya sesuatu buat kamu.”
“Apa?” tanya Naila.
Wendi mengulurkan sebatang coklat pada Naila. Awalnya Naila ragu. Tetapi Naila terima juga sebatang coklat itu. Hening.
Naila duduk bersama Wendi di sebuah kursi panjang dekat lapangan basket. Naila tidak tahu apa lagi yang bisa dia katakan. Semua terbalut dalam kebekuan. Disampingnya seorang gadis sibuk memainkan handphone-nya. Kursi-kursi yang lain penuh dengan orang-orang dengan aktivitas diskusi atau sekedar ngobrol saja.
Sebuah pertunjukan mini teatrikal dimulai. Dia beranjak dari duduknya. “Aku harus pergi.” Ujarnya.
“tidak mau nonton dulu?” tanyaku.
Wendi hanya berdiri di depan Naila. Tidak juga dia beranjak pergi dari situ. Naila berfikir berhasil menahannya untuk sebuah pertunjukan saja. Hanya beberapa menit saja pikirnya. Tetapi kemudian Wendi menggendong ranselnya dipunggung. “Aku pergi.” Katanya. Tanpa menunggu jawaban apapun dari Naila, Wendi melangkahkan kakinya dan menghilang dikeramaian.
Naila masih menikmati pertunujukan kecil itu sebelum akhirnya pertunjukan itu usai. Dan lapangan kembali sepi seperti beberapa menit sebelumnya. Naila masih menggenggam sebatang coklat dari Wendi. Dipandanginya coklat itu lalu dimasukkan ke saku jaketnya.
“Terimakasih Wendi.” Kata Naila dalam hati.
            “Aku akan menemani dirimu semampuku. Terimalah aku sebagai bagian dari perjalanan hidupmu. Aku tahu ini akan sulit bagimu, aku dan juga mereka. Tetapi percayalah, engkau tidak akan sendirian.” Naila mulai menulis diatas buku catatannya.

---0---
Ary Pelangi
06 Maret 2012
Kota Negeri Khayalan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paket Cinta // Suami Istri Lyfe

Menghilang di Batas Rasa

Menikah Denganmu // Suami Istri Lyfe