Tentang Hari Hujan Itu

Hujan. Tirai itu yang akan menahanmu untuk tetap duduk bersamaku. Mendengarkan lagu dari tetes air yang jatuh diatap. Memanjakan diri metap kehidupan dalam bingkai bernama jendela.
Telah aku dengar sebuah ceritera tentangmu. Beberapa gambar tersebar di maya. Surat kabar itu menyampaikan pesan padaku setelah kau tinggalkan aku hari itu. Kau lakukan itu juga. Tapi tidak mengapa bagiku. Tidak mengapa kau tinggalkan aku untuk berada disana menulis sendiri kisahmu dan berkawan dengan media. Terimalah itu menjadi bagian dalam perjalanan hidupmu.
Sungguh tak seorangpun akan menduga bila kau berani melangkah sampai disana. Batas yang benar-benar telah engkau patahkan. GAris yang telah engkau hapuskan. Lantas kau boleh bangga dengan apa yang telah engkau pilih. Jangan pernah bersedih atas pilihan itu. Jangan pernah engkau menyesalinya. JAngan menangis, cinta.
Malam ini bukan kau yang menangis karena ayahmu telah mengetahui. Hadapi itu dan keluarlah dari zona ini yang telah bertahun-tahun menjadi batas dalam hidupmu. Bukan saatnya lagi engkau menangis dan menyesalinya tanpa harapan. Bertanggungjawablah atas pilihanmu sendiri. Cinta yang engkau pilih. 
Cinta, hari itu kau pergi mengabaikan diriku yang sengaja datang menyapamu. Kau pergi begitu saja tanpa perasaan. Bukannya aku bersedih atau sakit hati. Tetapi aku tahu kau telah jenuh dengan hari-harimu yang melelahkan. Kau telah jenuh dengan tugas-tugas kuliahmu. Tetapi haruskah begitu? Aku mohon kembalikan kepercayaan itu. Hingga aku tidak akan melihatmu menangis seperti malam ini lagi.
Pilihanmu tidaklah salah. Hanya saja kau harus bertaggungjawab atas apa yang telah engkau pilih.

23 Desember 2012
Ary Pelangi
Kota Negeri Khayalan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paket Cinta // Suami Istri Lyfe

Menghilang di Batas Rasa

Menikah Denganmu // Suami Istri Lyfe