Postingan

Bintang Lawu

Lawu pun pernnah berbintang. Aku memandangnya dari surau kecil perkampungan. Aku telah lupa dimana catatan itu. Hanya saja pernah ada cerita disana. Dia. Benar dia mengajarkan aku tentang langit dan bintang-bintang. Tentang malam juga dingin yang selalu mendekap. Diajarkannya ketulusan cinta padaku. Kisah suatu perjalanan hidup yang tak pernah mudah. Hari itu hati terlanjur bicara mengisahkan ceritanya. Lawu pernah berbintang. Ada cerita langit yang masih menggema. Apa kau mendengarnya? Percakapan di surau kecil. Masihkah kau mengingatnya? Tentang langkah-langkah yang terus menapak. Tentang gerimis yang tak jadi hujan. Cinta. Mengapa kata itu tertulis? Namanya hadir dalam bayanganku kemarin. Dia yang mengajarkan aku. Tentang langit dan bintang-bintang Lawu. Karanganyar, 25 Oktober 2015 Ary Pelangi

Lawu

Gambar
Lawu. Pernah ada cerita disana. Tentang malam juga gelapnya. Tentang nyala api dan kehangtannya. Tentang persahabatan dan perengkarannya. Tentang cinta dan isyaratnya. Ungkapan yang hanya dalam diam. Lawu. Ada cinta dalam kepingan hari. Tentang percakapan serambi rumah. Pertengkaran dalam kesunyian. Perdebatan dalam ketenangan. Kemarahan dalam keheningan. Terungkap semua dalam diam. Semua seakan sempurna tersimpan dalam hati. Lawu. Cerita tentang kita hari itu. Hari hujan dan lagunya. Tentang persahabatan dan bumbunya. Cinta anak manusia yang katanya sempurna. Sebab air mata tak pernah menetes bersama hujan. Tangisan tak terdengar dengan dentum guntur dari angkasa. Bahkan kilatpun tak tahu bahwa telah membelah hati menjadi luka. Lawu. Sejarah cinta kita yang habis ditelan hujan. Karanganyar, 25 Oktober 2015 Ary Pelangi

Pudarnya Waktu dan Jarak

Gambar
“Kuliah di Yogya saja, biar kita bisa sama lagi.” Katamu waktu itu. “Aku tetap di Solo.” Jawabku. “Apa iya? Pikirkan lagi.” Pintamu meyakinkanku. Dan aku hanya mengiyakan. Persimpangan jalan membuatku mengakhiri kebersamaan dalam perjalanan.  sebuah kisah yang tak kutahu awalnya. Hanya hari itu kta mengakhirinya dengan lambaian tangan saat aku berdiri di trotoar dan kau masih dalam bus menuju sekolahmu. (Catatan tahun 2009_ Putih Abu-abu) ***              Dia adalah sahabat yang begitu istimewa. Mengenalnya ditahun terakhir saat kuberbangga dengan seragam biru putih. Semakin dekat dengannya dan kakraban terjali begitu saja. Dirinya meminta aku bersamanya satu sekolah untuk mengisi masa putih abu-abu bersama. Hanya jelas itu tidak mungkin. Aku tidak secerdas dirinya juga tak ada uang saku untuk dua kali naik bus setiap pagi dan dua kali lagi saat pulang. Dijanjikannya sepeda motor agar tidak perlu keluar uang untuk perjalanan sekolah tetapi aku bukan orang yang menggant