Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Tentang Suatu Masa "Lawu"

Lawu... Lawu... Darinya aku belajar kepercayaan Tentang arti sebuah impian Kerelaan melepas cinta demi cita Lawu... Darinya aku mengerti arti sebuah keluarga Disana ada pertengkaran dan penerimaan Tentang berjuta perbedaan Sakit yang berbuah luka dalam senyuman Kerelaan ciptakan jarak demisekeping harapan Lawu... Darinya belajar ketangguhan Kala tetes hujan menari beriring rintihan hati Kepercayaan seakan tiada arti Hanya tawa dalam lambaian tangan Sudahi cerita ini Kerelaan pergi tuk ciptakan kedamaian Lawu.. Akankah menjadi saksi perjalanan kita Saat kita rela menerima kedewasaan Saat jarak menghubungkan cita Saat waktu merangkumnya dalam kenangan Lawu... Sudahkah kau dapati citamu? Sudahkah kau temukan cintamu? Lawu... Atau kita akan kembali duduk bersama Berbicara tentang cita dan cinta Karanganyar, 26 Oktober 2015 Ary Pelangi

Bintang Lawu

Lawu pun pernnah berbintang. Aku memandangnya dari surau kecil perkampungan. Aku telah lupa dimana catatan itu. Hanya saja pernah ada cerita disana. Dia. Benar dia mengajarkan aku tentang langit dan bintang-bintang. Tentang malam juga dingin yang selalu mendekap. Diajarkannya ketulusan cinta padaku. Kisah suatu perjalanan hidup yang tak pernah mudah. Hari itu hati terlanjur bicara mengisahkan ceritanya. Lawu pernah berbintang. Ada cerita langit yang masih menggema. Apa kau mendengarnya? Percakapan di surau kecil. Masihkah kau mengingatnya? Tentang langkah-langkah yang terus menapak. Tentang gerimis yang tak jadi hujan. Cinta. Mengapa kata itu tertulis? Namanya hadir dalam bayanganku kemarin. Dia yang mengajarkan aku. Tentang langit dan bintang-bintang Lawu. Karanganyar, 25 Oktober 2015 Ary Pelangi

Lawu

Gambar
Lawu. Pernah ada cerita disana. Tentang malam juga gelapnya. Tentang nyala api dan kehangtannya. Tentang persahabatan dan perengkarannya. Tentang cinta dan isyaratnya. Ungkapan yang hanya dalam diam. Lawu. Ada cinta dalam kepingan hari. Tentang percakapan serambi rumah. Pertengkaran dalam kesunyian. Perdebatan dalam ketenangan. Kemarahan dalam keheningan. Terungkap semua dalam diam. Semua seakan sempurna tersimpan dalam hati. Lawu. Cerita tentang kita hari itu. Hari hujan dan lagunya. Tentang persahabatan dan bumbunya. Cinta anak manusia yang katanya sempurna. Sebab air mata tak pernah menetes bersama hujan. Tangisan tak terdengar dengan dentum guntur dari angkasa. Bahkan kilatpun tak tahu bahwa telah membelah hati menjadi luka. Lawu. Sejarah cinta kita yang habis ditelan hujan. Karanganyar, 25 Oktober 2015 Ary Pelangi

Pudarnya Waktu dan Jarak

Gambar
“Kuliah di Yogya saja, biar kita bisa sama lagi.” Katamu waktu itu. “Aku tetap di Solo.” Jawabku. “Apa iya? Pikirkan lagi.” Pintamu meyakinkanku. Dan aku hanya mengiyakan. Persimpangan jalan membuatku mengakhiri kebersamaan dalam perjalanan.  sebuah kisah yang tak kutahu awalnya. Hanya hari itu kta mengakhirinya dengan lambaian tangan saat aku berdiri di trotoar dan kau masih dalam bus menuju sekolahmu. (Catatan tahun 2009_ Putih Abu-abu) ***              Dia adalah sahabat yang begitu istimewa. Mengenalnya ditahun terakhir saat kuberbangga dengan seragam biru putih. Semakin dekat dengannya dan kakraban terjali begitu saja. Dirinya meminta aku bersamanya satu sekolah untuk mengisi masa putih abu-abu bersama. Hanya jelas itu tidak mungkin. Aku tidak secerdas dirinya juga tak ada uang saku untuk dua kali naik bus setiap pagi dan dua kali lagi saat pulang. Dijanjikannya sepeda motor agar tidak perlu keluar uang untuk perjalanan sekolah tetapi aku bukan orang yang menggant

Puisi Si Patah Hati

Gambar
Aku masih tertunduk didalam mobil. Mengapa dua kawanku ini rela jauh-jauh dari Yogya dan menculikku. Sekilas tadi aku melihat keramaian senja di tanah lapang. Mungkin sedang ada pasar malam. “Lihatlah keluar!” Arya yang sejak tadi mengemudi turun juga dari mobil. Begitu juga Widya yang sejak tadi duduk disampingku turun tanpa kata.             Entah untuk alasan apa aku dibawa kesini. Ini bukan Solo juga bukan Yogya. Hanya saja aku belum pernah mengunjungi tempat ini sebelumnya. Berlahan-lahan kepala terangkat dan mata mulai melihat apa yang terjadi diluar sana.             Ari berdiri diluar jendela, tepat didepan pintu. Wajahnya masih menyisakan warna biru putih, pucat. Matanya masih sembab, merah. Aku dengar dua hari lalu dia dirawat dirumah sakit. Entah apa sakitnya. disamping Ari berdirilah Sanjaya, sahabat kental Ari. Tangan kirinya memegang selembar kertas sedang ditangan kanannya ada microfon berwarna hitam. Aku kembali terunduk didalam mobil. Suara Sanjaya mengudara

Cinta yang Lain

Gambar
“Terima kasih telah mengizinkan aku mencintai yang lain.” Setahun yang lalu ketika aku sampaikan pesan padamu untuk kepergianku jalankan tugas di tanah orang. Aku bilang akan pergi setahun dan mungkin akan sulit mengirim berita padamu. “Ya, hati-hati.” Sebuah jawaban singkat yang sampai mengisi inbox SMS malam sebelum aku berangkat.             Bahkan kita tidak bertmu sebelum perpisahan untuk perjalanan jauhku. Aku mengerti dan baiklah aku cukup mengerti. Kau mungkin terlalu sibuk dengan tugas-tugasmu yang rumit itu. Diri ini cukup mengerti dengan kesibukan tugas akhirmu, Cinta. Aku yakin waktu itu engkau sedang fokus memandang layar notebook-mu. Sebegitunya engkau serius mengetikkan calon skripsi yang akan engkau konsultasikan dengan pembimbingmu. Sampai aku menghibur diri dengan keyakinan itu dan kau baca pesanku sambil lalu. Begitu kau tidak ingin kehilangan fokus tugasmu dan kau hanya sempat menuliskan “Ya, hati-hati.”             Berbulan-bulan aku menikmati perantaua