Postingan

Hari Esok

Mengapa begini? Salah apa diri ini? Harus terlahir tiada sempurna Hidup dalam keterbatasan Terhimpit belenggu keadaan Mereka mencibir dan mencaci Memandang sebelah mata Menganggap aku lemah, terhina Satu dua tetap tersenyum Hadir menemani diri Tetapi hanya sesaat Meski begitu mereka abadi Dalam kehidupan ini Menyatu dengan raga dan doa Hari ini aku bertanya lagi Bagaimana masa depan kami? Hari esok masih misteri Tapi aku takut, khawatir Bekal ini terlalu sederhana Rasanya tak cukup, Bagaimana masa depanku? Aku begini adanya Terlahir jauh dari sempurna Dipandang sebelah mata Tersisih, Lagi, aku bertanya Bagaimana masa depanku? Aku ingin kaya Aku ingin sukses Aku ingin bahagia Aku punya cita-cita Meski aku tahu tak mungkin meraihnya 11 Oktober 2014 Ary Pelangi Gayo Lues – Aceh

Symphony Padang Rumput

Gambar
“Aku akan menunggu Sa, satu tahun.” Faisal menatapku lekat-lekat. “Bahkan dua tahun sekalipun sampai kau selesaikan pendidikanmu.”   Aku palingkan wajahku dari tatapan Faisal. Bagaimana mungkin aku percaya akan kesetiaannya? Dia lelaki yang baik tetapi aku tidak sanggup bila membiarkan dia menunggu. Satu tahun tugasku di tanah rantau lantas satu tahun berikutnya pendidikan. Siapa yang akan mampu bertahan selama itu? Faisal? “Percayalah padaku, Sa. Aku akan menunggu.” “Tetapi aku tidak ingin kau mennggu Sal.” Jawabku sambil meniup dandelion.             Keheningan menyambut senja yang mulai jingga sinarnya. Biar angin tetap saja membelai kesunyian. Bagaimana mungkin aku biarkan lelaki sebaik Faisal menungguku yang akan banyak berubah? Bagaimana aku bisa percaya kalau dirinya juga tidak akan berubah?

Pertemuan dalam Ramadhan

Gambar
Malam itu aku pernah meminta pada Allah tentang sebuah hati yang baru. Sebuah hati yang baru aku minta dari Rabb tempat aku akan kembali. Rabb yang pernah meniupkan ruh ke dalam ragaku. Aku meminta hati yang baru sebab aku tidak tahu lagi tentang hatiku yang telah begitu lama terasa hampa. “Ya Allah, berikanlah aku hati yang baru. Hati yang lembut menjalankan ketaatan pada-Mu. Hati yang kuat untuk tabah melewati ujian dari-Mu. Hati yang menambah kecintaanku pada-Mu. Hati yang baru, hati yang hidup dan bersih. Saat aku terbangun esok hari, aku ingin bahagia dan teguh dalam syariat-Mu.” Aku hela nafas dalam ketenangan tengah malam. Saat orang-orang telah terlelap dan aku masih tertunduk tidak berdaya. Mungkinkah aku telah kalah dengan diriku sendiri? Ataukah tawakal terakhir yang bisa aku lakukan?

Pilihan Kisah

Gambar
Aku memilih kisah ini, Kak. Engkau benar Kak, bahwa kita tidak boleh menyesali kehidupan yang telah kita pilih sendiri seperti yang tadi siang aku baca dalam barisan katamu. Mungkin memang harus begitu. Mencoba untuk tidak menyesali kehidupan yang telah kita punya. Karena kita telah menjalani kehidupan ini dengan sangat baik dan telah melakukan yang terbaik semampu energi yang kita punya. Aku pun ingin seperti itu, menjalani pilihan-pilihan kehidupan tanpa penyesalan. Tetapi kenyataannya, rasa bersalah ini atas apa yang menjadi kenyataan seringkali mengusik kehidupan. Menghempaskan aku dalam ruang sempit bernama menyesal. Menyalahkan diri sendiri yang tiada berdaya untuk sekedar mernafas lega. Diri ini harus punya keberanian itu. Keberanian untuk menjalani hidupku sendiri bukan keberanian untuk menyerah karena telah lelah. Masih banyak yang harus kita lakukakn bukan untuk sekedar mengalah pada keadaan. Kak, aku kehilangan bagian kata dalam kehidupanku. Sejak aku tiada ses

Percakapan Sang Guru

Gambar
Tiga hari dua malam. Dibilang lama juga tidak terlalu lama. Mau dibilang singkat nyatanya juga tidak sesingkat itu. Merasakan terik matahari, panasnya udara siang juga deru teriakan yang akan dirindukan suatu hari nanti. Langit-langit malam itu berhiaskan bintang yang kadang tersapu mendung. Lantas akan kembali merasakan dingin, embun malam yang membasahi tenda. Tetapi aku tidak terlelap di dalam tenta. Lebih nyaman beralaskan tikar dan memandang langit berhias cahaya bintang. Langkah-langkah kaki kecil itu yang membuatku tersenyum. Adik, aku percaya engkau telah beranjak dewasa dan mampu menjaga adik-adikmu. Percayalah mereka bukanadik yang manja. Mereka hanya masih terlalu kecil untuk mengerti arti dewasa. Lamunanku kembali memutar rekaman-rekamamn malam yang menyisakan cerita. Berjumpa dengan para pendahulu. Terlalu banyak percakapan sampai aku tidak mampu mengingat semuanya. Potongan-potongan cerita itu terjebak spasi oleh waktu yang tidak mungkin aku langgar lagi. Jam dua

Bintang Lawu

Gambar
Senyuman malam itu kini kembali hadir dalam terik matahari. Bintang-bintang lawu kembali bersinar di antara kerik matahari. Sulit rasanya untuk percaya tetapi begitulah kata berkisah. Aku tidak mampu lagi berlama-lama berada disana, memandangnya meski hanya sekilas saja. Tidak mungkin lagi bercanda atau bicara teramat serius dengannya. Mungkin karena dirinya terlalu ramah. Mungkinkah dia teramat istimewa?

Ketika Pelangi Terlalu Cinta

Gambar
Untuk engkau yang aku panggil sahabat, “Persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu” Sahabatku, kau bak pelangi yang indah warnanya. Tanpa kuduga engkau hadir menghiasi langit hidupku. Aku menyayangimu, tetapi tak mampu aku katakan “aku menyayangimu”. Ditahun kelima kita berjumpa dengan kata perpisahan, menempuh jalan hidup ini masing-masing. Menikmati awal karir dengan gelar sarjana, walau sebagian dari kita masih menyusun skripsi dan menantikan wisuda. Ada juga yang masih terlalu nyaman dengan kuliah, tetapi aku tahu kau tidak akan menyesal menjalani ini semua.