Bintang Lawu
Senyuman malam itu kini kembali hadir
dalam terik matahari. Bintang-bintang lawu kembali bersinar di antara kerik
matahari. Sulit rasanya untuk percaya tetapi begitulah kata berkisah.
Aku tidak mampu lagi berlama-lama
berada disana, memandangnya meski hanya sekilas saja. Tidak mungkin lagi
bercanda atau bicara teramat serius dengannya. Mungkin karena dirinya terlalu
ramah. Mungkinkah dia teramat istimewa?
Nama yang entah seperti apa dalam
deretan kata. Saat aku hentikan untuk menulis sebab tak ingin merangkai kisah
dengan namanya. Terlalu jauh tuk menggapai bintang-bintang lawu yang bersinar
teramat terang. Bintang yang tetap bersinar dalam kesederhanaan malam.
Keteduhan itu, aku ingin
menghadirkannya dalam sosok yang bisa aku panggil “kakak” seperti aku memanggil
seseorang yang juga istimewa, kakak yang tidak terlahir dari rahim ibuku. Tutur
kata yang mengagumkan, aku mendengarkannya meski sering dia marah padaku. Aku menurutinya
walau dia pernah membuatku menangis. Karena aku tahu cintanya padaku adalah
amanah. Menjagaku, seorang adik yang berada dalam kepolosan hidup.
Keramahan, seperti aku memperlakukan
sahabat-sahabatku yang terus ada dalam suka duka. Menjalin cinta dan menebar
kasih sayang atas nama ukhuwah. Hadirkan mereka layaknya keluarga sendiri. Saling
mengingatkan, menjaga juga bertengkar menikmati waktu kebersamaan. Sampai akhirnya
aku mengerti dan mampu mengisahkan mereka dengan pena kecilku. Meletakkan dalam
barisan-barisan kata yang istimewa.
Namun keramahan, keteduhan juga
senyuman itu teramat berbeda. Bukan kata-kata seorang “kakak” yang begitu tulus
menyayangi adiknya. Menegur dan marah karena bersalah. Bukan ucapan seorang
saudara yang sering mengajak bertengkar lantas makan bersama.
Aku tahu bukan kesalahan bila aku hadir
disana?
Berjumpa dirinya dan beradu dengan
hati. Tetapi aku memilih berlari.
Kampung halaman ini, aku tidak ingin
bila harus aku tukar keikhlasan dengan sikapku yang terlalu ceroboh. Hanya bicara
denganmu seperti orang asing.
Izinkan hati ini tetap pada tempatnya.
Menjalani takdir kisah ini.
Ya Allah, caramu sungguh indah
mempertemukan aku dengan dirinya yang terang benderang.
Aku tahu perkenalan kita bukan
kebetulan semata.
Pertemuan ini adalah rencana indah Sang
Kuasa
Terima kasih, bintang Lawu
Kau ceritakan keindahan malam berkawan
bintang
Kau isi kebersamaan tanpa kebekuan
Tetapi aku cukup tahu diri
Sedang aku mengerti, angin pun
mendengar
Kau hanya tak ingin aku terasing tanpa
arti
Aku belajar malam itu darimu, bintang
Lawu
Karanganyar, 7 Desember 2013
@Ary Pelangi
Komentar