Postingan

Butir-Butir Air Mata

Mengapa kau menangis lagi? Cinta, tidakkah kau sadari bagaimana indah perjalanan ini? Untuk kesekian kalinya aku melihatmu menangis. Inilah air mata yang engkau tumpahkan semalam? Akhirnya engkau tumpahkan juga sedihmu itu dalam tangis yang tak terdengar seorangpun. Mengapa cinta? Sudahkah engkau lelah menahan sedihmu itu? Sudahkah engkau lelah menahan air mata yang selalu kau sembunyikan darinya? Cinta…. Aku tahu ada banyak hal yang hanya engkau simpan sendiri. Ada begitu banyak kisah yang kau pilih untuk melewatinya seorang diri. Karena engkau tidak ingin mereka khawatir padamu. Dan kau juga selalu mengatakan dirimu baik-baik saja. Padahal tidak satu katapun bisa kau terima dengan jelas. Tetapi selalu kau bilang semua baik-baik saja. Benar semua baik-baik saja bagimu tetapi engkaupun tahu yang sesungguhnya. Sampai kapan akan engkau jalani hidup seperti ini? Dalam pengembaraan dan bertahan dengan kesepian. Sebegitu kejamkah hingga kau pilih untuk menutup dirimu brgitu rap

Dunia ini Tidak Sekedar Indah

Andaikan saja bisa sejak awal kau mengerti tentang keadaan ini. Andaikan saja kau bisa jauh lebih memahami. Andaikan saja kau lebih sabar dalam melangkah bersamaku. Tahukahkah kau, aku terlalu banyak berharap padamu. Aku pikir kehadiranmu mampu membawa perubahan dalam hidupku. Aku kira aku akan mampu membuatmu bertahan. Namun aku salah. Aku salah. Kau akan tetap tinggal atau pergi itu urusanmu. Aku tidak akan melarangmu. Aku tidak akan menahanmu. Aku tidak akan mengikatmu. Tetapi ketahuilah. Setiap pilihanmu tidak akan kau tanggung sendiri. Setiap pilihanmu tidak akan hanya berimbas pada dirimu. Lihatlah aku disini! "Siapa kau?" mungkin kau akan berkata seperti itu. Ketahuilah satu hal. Aku bertanggungjawab atas dirimu. Sadarkah kau. Apa kau pikir aku hanya mengganggu kenyamanan hidupmu? Apa kau kira aku punya cukup banyak waktu sekedar untuk memanjakanmu. Maaf tidak seperti itu. Aku tidak pernah ingin memanjakanmu. Aku tidak ingin terus menyuapimu. Aku tidak ingin terus

PANCASILA

Gambar
--> Garuda Pancasila Pencipta : Sudharnoto Garuda pancasila Akulah pendukungmu Patriot proklamasi Sedia berkorban untukmu Pancasila dasar negara Rakyat adil makmur sentosa Pribadi bangsaku Ayo maju maju Ayo maju maju Ayo maju maju ---0--- Masih ingatkah dengan nama-nama yang melegenda ini? Letnan Jenderal A. Yani, Mayjen R. Suprapto, Mayjen Haryono, Mayjen S. parman, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo, Letnan Satu Pire Andreas Tendean, dan Brigadir Polisi Karel Susult Tubun. Masih ingatkah juga dengan Jenderal A.H. Nasution dan putrinya Ade Irma Suryani ? Sebatas engkau pernah mempelajarinya selama sekolahkah? Ya tentu nama-nama itu muncul dalam biku sejarahmu. Bahkan sejak engkau masih duduk di Sekolah Dasar. Mungkin saja pernah engkau menyilang salah satu nama itu dalam ulangan harian atau ulangan semester saat engkau masih sekolah. Tapi apakah hanya sebatas itu? Sudahkah engkau membaca sejarah? Tentang perjalanan mereka yang sampa

Tentang Surat Ibu

Gambar
Cinta……. Kini aku sedang memandang langit yang begitu gelap. Seperti biasa, ditemani segelas kopi panas yang mengepul uapnya. Udara disini belum terlalu dingin, cinta. Meski malam juga semakin larut namun aku masih tersadar dengan sederet kat untuk dirimu. Apa kabar cinta? Semoga engkau sehat dan masih dengan semangatmu yang selalu membara. Sudah lama aku tidak mendengar ceritamu. Aku hany sesekali membaca kisahmu dari posting-an di blog kecilmu. Atau hanya sekedar membaca pesan singkat darimu yang lebih sering aku abaikan. Maaf cinta. Aku masih sibuk dengan aktivitas-aktivitas disini. Yach aku pikir engkau bisa memahaminya. Jangan pernah berhenti bercerita, cinta. Kau bisa menulis ceritamu dib log milikkuseperti yang sudah kita sepakati sebelumnya. Walau aku akan jarang membacanya juga. Namun suatu saat nanti akan aku luangkan waktu untuk membacanya. Disini sulit untuk bisa online . Mngkin itu juga menjadi penghambatku untuk membaca ceritamu. Handphone- ku, kita sudah

Hapus Aku Dari Hidupmu

Gambar
Aku hapus nama-nama yang telah sekian lama menghiasi phone book. Secepat perasaan ini menggerogoti hati yang tidak bisa menahan lagi. Tanpa ada banyak pertimbangan lagi. Secepat itulah aku tekan tombol “yes” tanda input dihapus. Tanpa berselang waktu lama sudah aku dapati handpone ku disudut kamar. Aku biarkan puing-puing berserakan. Sebelum kembali aku satukan dan mencoba menyalakannya lagi. Ingin aku menghapus bayang-bayangnya yang telah mengisi hari-hariku. Aku sungguh ingin menghapusnya. Meninggalkan jejaknya dalam langkahku. Ingin sekali aku menghapusnya dari bayangan imajiku. Aku telah bosan dengan wajah yang membuatku bersedih dan terluka. Aku sadari meski harus aku menggores luka baru. Telah aku relakan hidupku untuk membuat langkahku yang baru. Telah aku relakan diriku untuk memendam kisah yang telah lalu. Bukankah telah ada waktu yang begitu indah? Bukankah telah ada pelangi yang memberi warna? Bukankah telah ada cerita cinta yang begitu dramatis? Namun men

Sayang, Aku Tulus Menyayangimu

Gambar
Sayang, aku ingin benar-benar mengenalmu. Sungguh dari hatiku. Bukan hanya sekedar aku ingin mengenal wajah dan namamu. Bukan sekedar aku ingin memenuhi inbox handphone yang kau punya. Bukan hanya aku memanggilmu "Sayang" dan bukan sekedar menyapa dan tersenyum saja. Aku ingin mengenal dirimuu. Kau, Sayangku yang aku dambakan. Sayangku harapan masa depan. Siapa lagi yang bisa aku harapkan untuk berada disisiku bila bukan dirimu? Siapa lagi yang akan menemani aku bila bukan engkau? Dan siapa yang membuat aku bertahan sampai hari ini bila bukan engkau, Sayang? Sandaran untuk aku berbagi cerita yang tidak mungkin aku akhiri disini. Agh.... Harus bagaimana aku mengerti dirimu? Harus bagaimana agar bisa memahamimu? Dengan apa aku bisa membawa nafasku agar engkau mengerti? Sayangku, sungguh iingin aku lewati hari-hari bersamamu dengan cinta. Menjadikan hari-hari ini menjadi lebih bermakna. Aku dan kau akan merajut kisah yang tak akan terlupakan. Aku dan kau menggapai asa

Pejuang-pejuang Masa Depan

Wajah-wajah yang masih lugu. Betapa manis senyumannya saat kau berjumpa dengannya. Suaranya yang masih terdengar kaku karena gugup bicara denganmu. Malu-malu tapi ingin tahu. Bagaimanakah kau balas senyuman itu? Aku melihat engkau begitu tulus menyapanya. Langkahmu kau relakan lelah agar dia tidak payah. Senyummu, kau berikan dengan ketulusan meski aku lihat segaris lelah mengukir disisinya. Tidak aku ragukan ketulusanmu. Tidak aku ragukan lelahmu. Dan aku tidak meragukan keikhlasanmu. Kau tidak boleh lelah. Aku katakan sekarang agar kau tahu. Engkau tidak boleh lelah. Mungkin ragamu merasa payah. Mungkin pikiranmu entah kemana. Tetapi tidaklah seberapa semua itu. Masih ada lelap dalam tidurmu yang akan membawa semua itu. dan saat kau terbangun tidak akan kau dapati setetes keringatpun yang sia-sia. Allah memberikan yang terbaik dalam lelapmu. Allah berikan lelep tuk mengganti payah dan penatmu. Bersyukurlah. Wahai kau saudaraku, aku yakin engkau melihat mereka yang ada disana. Yan