Postingan

Hilangnya Butiran Mutiara

Gambar
… Tetapi kenyataan memang tidakla h mudah Ketika tidak lagi mampu berkilau Ketika tidak lagi terjaga keberadaannya Mungkinkah hanya akan menjadi “sampah” Onggokan sampah yang hanya diabaikan Menjadi sindiran dan cibiran Andaikan bisa, Ingin aku merangkainya menjadi perhiasan Sebuah gelang, kalung, liontin atau mungkin mahkota Hingga nilainya lebih dari sebutir mutiara

Seri1: Satu Milyar Kata Untuk Cinta

Barisan Kata dalam Cinta Teruntuk hati yang telah lama terikat, Teringat aku akan aroma yang pernah kita rasakan saat pertama kali berjumpa. Membayankannya, inilah pertemuan yang akan menyimpan sejuta cerita persahabatan. Disinilah langkah ini berawal.  Saat takdir mempertemukan kita dengan begitu sempurna karena kehendak-Nya yang Maha Sempurna. Saat itu cukuplah bagiku untuk sekedar mengenal namamu dan melihatsenyum dalam raut wajahmu. Cukuplah bagiku mendengar lirih suaramu yang akhirnya terekam dalam ingatan. Semua ini untuk hati yang pernah bersama-sama mengukir kenangan. Meski sebelumnya tak pernah terbayangkan untuk merajut asa denganmu. Untuk hati yang sudah hampir empat tahun mengisi hari-hari yang menyenangkan. Tetapi aku mengingatnya, seolah ini adalah takdir yang bagiku adalah kesalahan. Karena kadang dalam hari-hari ini dihiasi prasangka yang tak menentu. Membuatku berfikir “Mungkinkah ini…” atau “Mungkinkah begitu?” Sering berucap “Mengapa begini?” Namun

Selamanya . . .

Gambar
  Cinta, Masihkah engkau sering menatap kaca itu? Menyaksikan pohon-pohon berlarian? Masihkah pandangan itu hampa seperti hari kemarin? Sudahlah cinta. Cukupkanlah imajimu itu. Tenang sesuatu yang hanya akan mengembalikan dunia ”autis” yang telah lama engkau tinggalkan. Sesalku yang tak bisa menjagamu untuk tetap terjaga dalam kehidupan ini. Sedihku melihatmu kembali berada dalam imaji ”autis” yang sulit tuk berganti. Aku merindukan senandungmu. Ingin aku dengar lagi tawamu. Melihatmu dalam bahagia itu menyenangkan hatiku. Memandangmu bersama mereka menenangkan hariku. Dimana kini semua itu, Cinta? Dalam hidup ini kadang kita memang harus kehilangan. Suka atau tidak suka kita harus melewatinya. Kehilangan sebagian kecil ataupun banyak dari kehidupan yang kita miliki.tapi bukan berarti kehilangan yang sedikit ini harus membuatmu kembali menyelam dalam duniamu yang dulu. Bukan berarti kau harus kembali pada masa itu sebelum kau memiliki yang hilang saat ini.

Bertahanlah

Gambar
Sinar matahari di siang menjelang sore. Sinar itu yang dengan halus menyibakkan tirai gerimis yang mehanku untuk sejenak berhenti. Disebuah bangunan yang harusnya tenang namun suara bising mesin-mesin pengaduk semen membuatku jengah. Aku pergi meninggalkan tempat persinggahanku. Masih melangkah kaki ini entah kemana. Tidak peduli dengan gerimis ini. Masa bodoh dengan sinar matahari yang sesekali menyilaukan. Tidak ada pelangi. Hanya saja tidak ada pilihan lain lagi selain aku melangkah dan membiarkan gerimis mengiringi langkahku. Cinta…. Aku yakin engkau sedang menangis. Mengapa cinta? Tidakkah engkau lebih dewasa sedikit lagi? Hanya sedikit saja lebih dewasa menyikapi keadaan ini. Bukakah engkau sendiri yang pernah berkata akan menyelesaikan ini sampai akhir? Lantas mengapa kini engkau menangisi pilihanmu? Engkau sudah cukup dewasa dalam mengambil keputusan juga dalam bersikap. Kau bingung? Tentu. Karna sedihmu dan bimbangmu hanya untuk dirimu sendiri. Tidak pernah e

Sebuah Kenangan Tentang Perjalanan

Gambar
Hujan sedari tadi membuatku melamunkan banyak hal. Aku duduk ditepi jalan raya sambil menanti hujan reda, tahukah apa yang muncul dalam bayanganku? Suara air yang berdau dengan aspal menyambutku turun dari bus ditempat yang kini terasa asing bagiku. Aku berteduh disuah bengkel di pinggir jalan. Jalanan yang masih padat dengan lalu lalang kendaraan. Duduk disana, melamun. Ya aku melamun. Nenikmati indahnya gemericik air yang beradu dengan aspal. Sungguh suara itu menjadi nyanyian kedamaian dalam diriku. Hujan semakin deras dan entah lagu apa yang berdendang. Hujan ini mengingatkan aku pada bangunan itu. Sebuah gedung kecil tempat aku singgah. Bangunan berlantai dua itu, entahlah. Aku ingat itu hari  Minggu tanggal satu Januari, sudah hampir satu tahun rupanya. Sungguh waktu ini terlalu cepat berlalu. Sudah hampir satu tahun, tapi peristiwa itu maaaasih jelas dalam bayanganku. Masih sangat aku ingat detailnya yang membuat nafasku sempat terasa berat. Aku percah ceritakan tentang

Tentang Hari Hujan Itu

Hujan. Tirai itu yang akan menahanmu untuk tetap duduk bersamaku. Mendengarkan lagu dari tetes air yang jatuh diatap. Memanjakan diri metap kehidupan dalam bingkai bernama jendela. Telah aku dengar sebuah ceritera tentangmu. Beberapa gambar tersebar di maya. Surat kabar itu menyampaikan pesan padaku setelah kau tinggalkan aku hari itu. Kau lakukan itu juga. Tapi tidak mengapa bagiku. Tidak mengapa kau tinggalkan aku untuk berada disana menulis sendiri kisahmu dan berkawan dengan media. Terimalah itu menjadi bagian dalam perjalanan hidupmu. Sungguh tak seorangpun akan menduga bila kau berani melangkah sampai disana. Batas yang benar-benar telah engkau patahkan. GAris yang telah engkau hapuskan. Lantas kau boleh bangga dengan apa yang telah engkau pilih. Jangan pernah bersedih atas pilihan itu. Jangan pernah engkau menyesalinya. JAngan menangis, cinta. Malam ini bukan kau yang menangis karena ayahmu telah mengetahui. Hadapi itu dan keluarlah dari zona ini yang telah bertahun-tahu

Lomba Menulis-Bentang Pustaka

Gambar