Bertahanlah
Sinar matahari di siang
menjelang sore. Sinar itu yang dengan halus menyibakkan tirai gerimis yang
mehanku untuk sejenak berhenti. Disebuah bangunan yang harusnya tenang namun
suara bising mesin-mesin pengaduk semen membuatku jengah. Aku pergi
meninggalkan tempat persinggahanku.
Masih melangkah kaki
ini entah kemana. Tidak peduli dengan gerimis ini. Masa bodoh dengan sinar
matahari yang sesekali menyilaukan. Tidak ada pelangi. Hanya saja tidak ada
pilihan lain lagi selain aku melangkah dan membiarkan gerimis mengiringi
langkahku.
Cinta….
Aku yakin engkau sedang
menangis. Mengapa cinta?
Tidakkah engkau lebih
dewasa sedikit lagi? Hanya sedikit saja lebih dewasa menyikapi keadaan ini. Bukakah
engkau sendiri yang pernah berkata akan menyelesaikan ini sampai akhir? Lantas
mengapa kini engkau menangisi pilihanmu? Engkau sudah cukup dewasa dalam
mengambil keputusan juga dalam bersikap.
Kau bingung? Tentu. Karna
sedihmu dan bimbangmu hanya untuk dirimu sendiri. Tidak pernah engkau ingin
berbagi. Wajar bila kau selalu merasa sendiri. Karena nyatanya kau memang
sendiri. Benar, kau sendiri. Karna kau tidak pernah ingin berbagi. Karena kau
tidak bisa membagi lukamu. Karna kau hanya bisa bicara pada dirimu sendiri. Dan
lakukan saja seperti itu daripada kau diam dan seperti mayat hidup.
Sampai kapan akan terus
seperti ini, cinta? Sudahlah buang saja sedihmu itu. Bukan sepenuhnya salahmu
bila terjadi seperti ini. Bukan sepenuhnya ini karna dirimu. Bukan juga salah
mereka. Bukan salah keadaan ataupun waktu yang tidak tepat. Namun inilah
kenyataan yang harus dihadapi.
Andaikan bisa aku ingin
engkau sembuh. Aku ingin ingin melihatmu seperti yang lain. Hingga aku tidak
perlu lagi melihat sedihmu itu. Dan tidak akan pernah ada air mata kesepian
dari dirimu. Andaikan aku seorang dokter, aku ingin ambil spesialisasi untuk
sakitmu itu. Hingga aku bisa sembuhkan dirimu dan menghapus air matamu. Tapi aku
bukan seorang dokter. Dan aku sudah berkelana sampai sejauh ini tapi tidak ada
kuliah yang seperti itu. Dan tidak ada dokter yang seperti itu juga dari
orang-orang yang telah aku temui. Maafkan aku cinta, karna belum bisa menghapus
air matamu yang satu itu.
Dengar…
Semakin aku bertemu
dengan orang-orang yang sama sakitnya denganmu. Yach dalam penelitianku juga
ada kasus serupa. Bahkan gadis yang kini duduk dihadapanku juga memiliki
penyakit yang sama denganmu. Aku semakin merasa bersalah pada kehidupan ini
karena tidak berdaya sedikitpun. Sungguh kadang aku kecewa dengan diriku yang
hanya bisa memasuki hidup kalian dari celah-celah air mata.
Nikmati masa ini cinta.
Seperti yang sudah-sudah dalam rentang waktu yang tiada akan kembali. Lelapkan dalam
tidurmu dan tenangkan jiwamu. Sejenak saja tuk tahan air matamu. Nikmati sakitmu
dan syukuri keadaanmu. Hingga kau bisa tetap berdiri dan melangkahkan kaki. Hingga
aku tidak hanya melihatmu berbaring tak berdaya. Ataupun kau hanya duduk dalam
kehampaan menatap jendela namun tak melihat apa-apa. Tidak seperti itu, cinta,
Mungkin dulu enngkau
pernah seperti itu. Tapi tidak untuk saat ini cinta. Kau pernah berjanji padaku
akan lebih tegar menghadapi kehidupan ini. Kau pernah berjanji akan menjadi
lebih tangguh dari sebelumnya. Dan kau harus buktikan itu padaku. Tidak boleh
tidak.
Tetaplah berdiri,
cinta. Meski kau harus menahan sakit. Kau tidak boleh jatuh saat berdiri dengan
kedua kakimu sendiri. Tidak boleh kau goyah sedikitpun dan holang
keseimbanganmu. Aku tidak ingin melihatmu tidak mampu berdiri diatas kaki-kakimu
sendiri. Aku tidak ingin kedua kakimu yang kuat itu layuh begitu saja dan kau
akan jatuh tidak berdaya.
Bersenandunglah bila
kau merasa sangat kesepian. Ciptakan sendiri lagumu dan izinkan mereka
mendengarmu. Kau tahu, suara indahmu terlalu lama hanya kau sembunyikan saja.
Tidak peduli betapa
sakitnya yang kau rasakan. Ayo, tetaplah melangkah. Memang sangat sakit dan
akan mengguras energimu lebih. Tapi kau tidak boleh terjatuh. Kakimu tidak
boleh untuk berhenti melangkah. Tidak cinta. Kau tetap akan berjalan dengan
kedua kakimu sendiri. Bukan dengan yang lain. Sekalipun itu dipapah orang
lain. Tidak akan pernah aku biarkan itu
terjadi pada dirimu.
Cinta…
Bisakah kau kembali
membuka sedikit lagi hatimu? Bukan untuk aku pergi. Tapi agar engkau bisa
menerima kehadiran yang lain. Agar engkau tidak kesepian. Agar engkau berkawan.
Tidak bisa selamanya kau hanya mendengarku dan menjadikan aku pelampiasan
ceritamu. Bukannya aku tidak ingin, cinta. Tetapi, cobalah untuk menerima
duniamu seutuhnya. Mungkin dia yang membuatmu seperti ini. Dan semakin parah
lukamu sejak kau mengenal dirinya dan dirinya juga dirinya yang lain. Percayalah
sebenarnya ”CINTA”.
Syair dan melodi
Kau bagai aroma
penghapus pilu
Gelora di hati
Bak mentari kau
sejukkan hatiku
Burung-burung pun
bernyanyi
Bunga-bunga pun
tersenyum
Melihat kau hibur hatiku
Hatiku mekar kembali
Terhibur symphony
Pasti hidupku 'kan
bahagia
(Symphoni Yang Indah -
Once)
Sepotong syair itu
semoga bisa menghapus sedihmu. Menghilangkan rasa sakitmu dan sembuhkan
kesepianmu. Ada aku dalam hidupmu dan akan ada aku dalam sedih dan bahagiamu. Untuk
menemanimu dan menguatkanmu.
8 Januari 2013
Ary Pelangi
Kota Negeri Khayalan
Komentar