Postingan

Hanya berDUA Saja

Gambar
Aku ingin menuntaskan rindu Benar aku ingin menuntaskannya Saat ini, sekarang juga Aku ingin mengadu, ingin berkata Aku rindu Tapi benarkah aku rindu? Atau aku hanya marah Aku ingin marah, meluapkannya Namun semua tak terucap Semua tak mampu dikata  Hanya terhenti dikerongkongan sendiri

Dan

Gambar
Long time no see. Hari itu terakhir kau lambaikan tanganmu di sebuah bangunan berlantai dua, sebuah masjid di ibu kota. Terlalu lama kita tidak bertegur sapa. Jelas, semua itu sebab engkau tidak tampak oleh kedua mataku, bahkan bayanganmu pun tidak terlihat. Segala tentangmu tertutup hari itu dan kau hanya bilang, “Aku ada disini, bila suatu saat engkau mencari.” Selanjutnya, hari-hari terasa begitu ringan. Aku tidak perlu bercakap denganmu. Aku tidak berbagi cerita denganmu dan engkaupun tidak mendikteku untuk setiap keputusan yang aku inginkan. Sejak hari itu aku tanpamu, saat menikmati hiruk pikuk ibu kota. Dan, itu pertama kalinya engkau melambaikan tangan mengucapkan selamat tinggal. Aku tidak keberatan Dan. Justru sebaliknya. Aku tidak harus terus bersamamu untuk setiap langkahku, untuk setiap jejakku dan untuk setiap lamunku. Hari itu aku paham betul bahwa aku dan kau tidak harus terus bersama.

Celah Rindu "Dekapan Ibu Kota"

Gambar
Rindu ini mulai menyapa lagi dalam ruang doa untukmu. Ruang itu terisi kembali akan ingatan tentangmu. Perjuangkan saja. Kita tidak akan memahami sang waktu. ***             Keindahan ibu kota tidak membenamkan akan ingatan tentangmu. Kota yang tidak pernah terlelap masih membuatku mengenang hari yang dulu. Lampu-lampu yag selalu benderang masih mengisahkan cerita hari lalu. Ada jalan-jalan yang lapang. Ada jalan-jalan yang terasa begitu sempit saking sesaknya oleh roda-roda. Gedung-gedung indah mengisahkan keangkuhannya, seakan tidak terkalahkan. Seakan yang terbaik dan seolah yang paling mampu menyentuh bintang-bintang angkasa. Haruskah aku seangkuh itu? Menghancurkan rindu agar tidak teringat tentangmu. Rindu yang hanya sepihak. Rindu yang tidak pernah tersampaikan. Rindu yang pernah aku hempaskan di ujung negeriku sendiri. Tentangmu. Tentang hari bersamamu.

Jodoh @BulanSyawal

Gambar
“Aku tidak menjanjikan waktu di bulan Syawal. Dimana ada pertemuan yang dengan bebasnya kita bisa berjumpa dalam reuni sederhana sebuah pesta pernikahan. Nyatanya masing-masing dari kita masih menyibukkan diri masing-masing.” Ucapan ini untuk mereka yang sering mempertanyakan ‘ Kenapa tidak denganmu saja? ’ *** Pertanyaannya masih sama dengan beberapa tahun yang lalu, “Haruskah sarjana?”             Setelah banyak perantauan yang aku jalani, diri ini mulai menemukan. Setelah banyak peristiwa terjadi dan banyak rasa mengiringi, diri ini mulai menemukan. Setelah banyak kemarahan, tawa, sedih, keresahan, senyuman dan harapan, diri ini mulai menemukan. Semoga jodoh terbaik sebagaimana doa-doa dibulan Syawal. Kriteria baik itu pun tidak terlepas dari gelar pendidikan yang minimal juga harus sarjana. Minimal harus sarjana sebagaimana teman perempuanku telah menyelesaikan pendidikan strata satunya. Bahkan posisi ini yang pernah membuat diri berada dalam keraguan yang luar biasa.