Sabtu Malam - Aku Tak Sendiri
Sabtu malam, aku menyebutnya malam
Minggu seperti kebanyakan orang menamakannya. Satu malam yang panjang dan
mengasyikkan, itu kata mereka. Malam Minggu yang tiada beda dengan malam-malam
lainnya cukup sederana dalam jeda waktu yang tiada panjang.
Duduk didepan layar televisi. Memberi
komentar pada berita-berita tentang eloknya negeri ini. Sesekali menikmati
sajian drama yang sering menjenhkan. Kadang menghabiskan waktu berkisah dengan
saudara. Apapun dapat menjad cerita, eloknya negeri ini sekalipun. Bahkan
cerita di pelosok desa mampu terdengar. Sering kali tertawa sambil menikmati
apapun yang disebut camilan.
Malam terasa singkat bila aku di kota.
Duduk-duduk di trotoar memandang-lampu-lampu yang lewat. Bercerita dengan kawan
sekolah tentang masa lalu dan juga mimpi-mimpi yang terlanjur terwujud. Tentang
masa depan keluarga baru juga kekasih hati. Menikmati wedhang Ronde yang
harganya cukup minimal, cukuplah dengan kantong anak muda. Hidup ini sungguh
menyenangkan.
Bintang-bintang terus bersinar meski
dingin menyelimuti penginapan. Menjalani malam yang berat dalam bingkai
pembinaan. Secuil masa lalu dalam bangku universitas. Menikmati masa lalu
dengan kebersamaan yang menyayat namun disitulah kebahagiaan itu ada. Dimalam
itulah aku menemukan cinta yang tersimpan. Ketulusan yang mengajarkan
pengorbanan. Kasih sayang yang tanda sadar terucap. Begitulah air mata yang
berhias senyum, ukhuwah.
Malam ini kembali aku nikamati malam
Minggu. Bukan Jawa, tetapi sebuah tanah yang cukup subur dengan benih-benih
kasih sayang. Malam Minggu saat aku lewati didalam kamar sambil memandang layar
notebook. Menuliskan huruf demi huruf dan merangkainya dengan ceritaku. Mencoba
kembali berkisah tentang kehidupan ini. “Aku tidak sendiri.” Begitu kisah malam
Minggu yang teramat menyenangkan. Hujan diluar sana tidak akan menghapus
imajinasiku.
Selalu ada cinta. Ada kehangatan dalam
dingin yang merasuk dalam raga. Setiap saat api unggun akan menyala
menghilangkan dingin yang membekukan tulang-tulang. Mendengarkan alunan lagu
dari handphone. Lebih sering bercerita, berkisah tentang kehidupan yang masih
terasa asing bagiku. Diceritakannya kisah mereka, anak-anak manusia yang hadir
menemani perantauanku. Kehidupan yang begitu indah uuntuk dirangkai menjadi kata.
Tak akan cukup ribuan kata ini berkisah tentangnya. Kehidupan yang teramat
istimewa.
Api unggun yang akan cukup mendekap raga
yang terasa beku. Dinginnya malam tidak akan terasa. Duduk melingkar seakan
diri ini tiada berbeda, diri yang lengkap dalam keterbatasan yang terabaikan.
Ruang musik yang cukup sederhna. Sepetak
ruang disudut asama. Membwakan nada-nada yang mampu menghapus kerinduan. Kami
bernyanyi dan tertawa meski kadang sulit aku mengerti bahasa yang bebeda. Semua
itu cukup istimewa bagi kehidupanku yang pernah duduk memegang mic diruang
karaoke sebuah mall.
Nada-nada sederhana yang mengatakan
cinta. Menebarkan kasih sayang dan ketulusan. Karaoke yang hebat bagiku meski
aku hanya sesekali bernynyi menikmati lagu yang tiada aku hafal. Tidak ada teks
lirik lagu yang tertulis dalam layar. Hanya ada imaji ingtan tentang syair dan
nada tuk ciptakan harmoni lagu yang istimewa.
Aku merasa bahagia...
Malam Minggu yang sungguh istimewa dalam
harmoni cinta yang istimewa. Selalu ada kisah rahasia kehidupan yang mewah.
Kehidupan yang terencana dalam lukisan takdir sang Maha Kuasa. Takdirku indah
bersama mereka.
Aku tidak sendiri meski terpisah jarak
dengan harmoni nada dan layar ruang karaoke sebab disini aku temukan studio
yang begitu indah harmoni cintanya. Aku tetap tersenyum meski tak melihat lagi
api unggun gunung Lawu yang pernah mengungkap isyarat cinta kita. Sebab disini
aku temukan api unggun yang dengan jujurnya berkata cinta.
Harmoni cinta ini, dulu dan saat ini
adalah rangkaian nada kehidupan yang telah terencana dengan hebat oleh Sang
Maha Pencipta. Biar nafas ini selalu bersyukur dan bertasbih memujiNYA.
11
Oktober 2014
Ary
Pelangi
Gayo
Lues
Komentar