Langit-langit Ibu Kota
Langit-langit Ibu Kota
telah berkisah tentangmu. Kincir-kincir dinding kamar berbisik tentangmu. Jarak
yang tak terdevinisi dalam kilometer. Dekat yang terasa jauh, mungkin terlalu
jauh. Katanya rindu sudah bertaburan. Siapa peduli!
Langit Ibu Kota masih
biru walau kadang berselimut mendung. Kita pernah mendekap rindu dalam balutan
kabut. Menyemai rindu dalam barisan bukit. Disana, rumah rantau yang dulu. Dan pernah
aku memangkas habis segalanya sebelum roda-roda meninggalkan bekas longsor.
Mengapa masih menabur
rindu? Sudah dekap saja dalam diammu. Seperti rindu yang sudah-sudah. Malam masih
berhias bintang. Sedang bulan masih setia menemani bumi. Apalagi yang membuatmu
meragu?
Biar langit-langit Ibu
Kota berkisah tentangmu. Kincir-kincir kamar membisik rindu tentangmu. Mulailah
merajut kisah yang kau jalani kini. Bingkai saja masa yang pernah berlalu. Rindu
ini hanya untuk dirindu. Rindu yang bukan untuk dimiliki.
Bukankah waktu
mempertemukan kita? Tulisan takdir dari Sang Pencipta. Syukuri saja jalan yang
ada dihadapan mata. Melangkah dengan kaki-kaki yang kadang tak sempurna
langkahnya. Jalan ini yang akan menguji kesungguhan. Dimana gurauan hanya akan
tinggal cerita yang berlalu. Sedang ketulusan akan menemukan singgasana
kesungguhannya.
Jakarta, 20 Maret 2016
Ary Pelangi
Komentar