Labirin-labirin Masa Lalu
Cuaca yang tidak bersahabat. Angin bertiup menerpa dedaunan yang mulai cerubus. Rasa dinginnya sampai meresap ke pori-pori. Niatan hati segera saja pulang sebelum terperangkap hujan di bangunan bertingkat ini. Berlahan tapi pasti aku melangkahkan kaki melewati anak tangga hingga sampailah aku di lantai satu. Sejenak aku terdiam di ujung tangga. “Benarkah aku ingin pulang?” Batin hati kecilku. “Ya.” Suara hati itu kembali muncul. Kaki ini kembali melangkah meninggalkan suara sepatu yang terus beradu dengan lantai. Entah kenapa aku mempercepat langkahku dan berbalik menuju rumah singgah. Entahlah. Meski aku ingin segera pulang tapi kaki ini melangkah menuju bangunan itu, yang aku sebut rumah singgah. Seperti ada magnet yang menarikku kesama. Ada sesuatu yang menarik langkahku untuk mendekat dan melihat apa yang terjadi. “Sepi.” Kataku pada diri sendiri saat bisa aku lihat bangunan kecil itu. Seperti tak ada kehidupan. Tak seorangpun mengisi kesepian bangku di serambi.