Diam “Untuk Jalanan”
“Mbak kangen jalanan ga?”
Agh, adik. Bahkan aku jarang sekali
menampakkan diriku dijalanan seperti dirimu. Hanya sesekali saja, dan tidak
sering. Bahkan aku tidak ingin bila sampai tertangkap kamera. Kau tahu kenapa?
Suatu hari hari nanti kau juga akan tahu, seperti mereka yang dengan mudahnya
memahami pertanyaanmu.
Dan seiring hari
berlalu bahkan aku tidak disisi kalian meyiapkan perbekalanan untuk berada
dijalanan. Apa kau kira aku sudah berubah? Kau kira aku tidak lagi peduli?
Bahkan sekalipun aku
jelaskan semua itu mungkin tidak akan berarti. Bukahkah aku tidak harus
menjelaskan tentang siapa diriku. Bahkan dengan bebas kau bisa menilai
bagaimana diriku dengan caramu sendiri atau dengan cara orang-orang yang ada
disekitarmu.
Tidak
masalah bila kau lihat aku hanya diam. Menyaksikan semua sandiwara yang begitu
nampak jelas skenarionya. Akting yang tampak nyata dalam panggung kehidupan.
Tidak masalah bila kau hanya menganggapku penonton yang akan segera berlalu
ketika pertunjukan usai.
Bila
kau pikir aku hanya diam, itu juga hakmu. Sah sah saja untukmu juga untukku.
Bahkan kau juga tidak harus tahu apa yang aku lakukan dalam”diam”ku. Tidak akan
ada gunanya menjelaskannya sekarang. Toh hanya akan kau anggap mimpi siang
bolong yang ngelantur. Bukankah semakin tidak berarti? Hanya akan membuang
waktumu saja.
Biarkan
aku berdiam diri saja bersama orang-orang yang “diam” seperti anggapanmu bahwa
tidak ada yang aku hiraukan. Bagimu yang memandang kami adalah orang-orang yang
cuek dengan sekeliling.
Diamku,
aku hanya menunggu waktu untuk kembali. Menyiapkan perbekalan untuk perjalanan
panjang selanjutnya. Apa yang aku cita-citakan tidak ada pada hari ini namun
ada pada suatu hari yang akan datang. Aku akan kembali dengan perbekalan cukup.
Memenuhi janji-janji untuk datang lagi dalam keramaian. Mungkin tidak akan pada
tempat yang sama. Mungkin tidak dalam keramaian seperti saat ini.
Hari
itu akan datang. Boleh saja kau menganggap aku hanya diam. Pun saat ini tidak
banyak yang aku lakukan untukmu. Hanya melihatmu dengan diam sebagaimana biasa
yang engkau lihat.
Jakarta, 15 Januari 2017
Ary Pelangi
Komentar