Sebuah Kepasrahan (UTN ULANG 2 PPG SM-3T)
Ketenangan itu tiba-tiba saja menjelma
menajadi sebuah ketakutan yang hebat. Ya, kira-kira empat puluh lima menit
berlalu setelah pukul 08.30. Kepercayaan diriku yang sejak malam tadi cukup
untuk dipertaruhkan mengantarkan kalian menuju UTN Ulang kedua. Jujur ditengah
waktu yang dijadwalkan keresahan-keresahan itu menjelma, ketakutan yang
tiba-tiba saja mengisi mata, pikiran juga hati. Meski begitu aku coba
mengembalikan keyakinanku seperti diawal aku melangkah meninggalkan asrama, memenuhi
janji menemani kalian hingga masuk ruang ujian. Kumohonkan pertolongan pada-Nya.
Aku meminta kelulusan untuk kalian yang tengah berjuang melawan kata. “Semoga
lulus.”
Tidak
ada yang bisa aku berikan lagi ketika aku lihat wajah-wajahmu yang lelah oleh
perjuangan. Mendengar cerita-ceritamu aku hanya bisa katakan “Ikhlaskan yang
telah diperjuangkan.” Tidak ada yang bisa aku berikan, maka aku biarkan kalian
melelehkan air mata. Aku tidak ingin menahan air matamu yang harus menemani
perjuangan hari ini. “Tinggal kita tawakal pada Allah.” Setidaknya kita telah
berjuang sampai yang kita mampu. Bukankah pertolongan Allah sangat dekat? Dia
lebih tahu bagaimana perjuangan kita.
Kalimat-kalimat
itu, gambar-gambar itu yang muncul dalam layar HP-ku turut mennjelaskan banyak
hal. Menutup usaha-usaha yang memang melelahkan. Belajar berserah seperti kata
yang memang engkau tulis. Maka berserahlah sepenuh hati untuk melengkapi
perjuangan indah ini.
“Mbak
Umi enak, sudah lulus. Ga perlu seperti kita.” Aku tidak tahu harus
menerjemahkannya dalam rasa yang bagaimana kalimat sesederhana itu. Sungguh aku
tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Setidaknya saat aku dinyatakan tidak
lagi mengulang saat itu aku benar-benar telah berserah. Aku mengerjakan UTN
Ulang bersamamu, saat itu aku benar-benar berserah. Aku kembalikan tangan dan
kakiku pada-Nya. Aku kembalikan raga yang masih aku punya pada “Pemiliknya”.
Aku kembalikan otak dan pikiran pada Sang Kuasa. Dan Jiwa ini telah kembali aku
relakan pada yang Maha Membolak-balikkan hati. Karena saat itu aku sudah
benar-benar berusaha merelakannya.
“Terus
langitkan doa-doa kita dan iringi dengan ibadah-ibadah yang bisa kita lakukan.”
Setidaknya aku percaya kita masih keyakinan yang sama pada pemilik kehidupan
ini. Usaha yang telah kita maksimalkan. Karena lagi-lagi kelemahanku yang hanya
mampu mengulang harapan, melangitkan keinginan untuk kalian yang memahami
kata-kata dalam layar PC diruang ber-AC. Aku tidak tahu apa yang kalian baca
dan apa yang kalian pilih sebagai jawaban. Dan ketika kalian berjuang disana
dengan segala kekayaan ilmu yang tersimpan dalam memori terhebat, aku yakin
orang-orang tercinta pun turut melangitkan harapannya untuk kelulusan kalian.
Tidak
pernah ada yang sia-sia. Bahkan semua kata yang telah kita baca. Semua disiplin
ilmu yang kita coba pahami. Semua itu bermakna. Semua catatan-catatan yang
telah kita beri warna. Semua kalimat-kalimat yang telah kita hafal. Semua
kalimat-kalimat yang telah kita hafal, setidaknya kita mengerti bahwa memori
terhebat kita masih mampu menampung begitu banyak pengetahuan. Setidaknya kita
mengerti, masih ada Bapak dan Ibu dosen hebat yang sabar membimbing kita. Masih
ada mereka yang merelakan ilmu dan waktunya untuk menemani perjuangan kita Masih
ada mereka yang menyelipkan doa untuk kita. Dan ketika kita melihat sekeliling,
setidaknya kita sadar, bahwa kita tidak sendiri. Kita tidak berjuang seorang
diri. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?”
Harapan
kita bersama, semoga lulus 100% seperti doa-doa yang selalu kita langitkan.
Semoga esok ada kejelasan tentang bobot prosentase UTN yang tidak banyak itu
mengapa menjadi penentu kelulusan. Bukankah masih ada prosentase yang lainnya?
Semoga
kita juga segera paham mengapa kita harus lulus?
Mengapa kita harus “S.Pd,
Gr”?
Apa yang akan kita lakukan setelah perjalanan
PPG ini berakhir?
Semoga
yang terbaik untuk kita.
Kebersamaan
yang hampir satu tahun melewati hiruk pikuknya ibu kota bersamamu, PPG SM-3T
PLB UNJ. Menerjang dingin, panas juga hujan bersamamu adalah cerita romantis
sebuah perantauan di keindahan ibu kota.
Keramaian
Rusunawa 1 Kampus B UNJ bersama kalian PPG SM-3T UNJ yang kelak akan kita
rindukan setiap detak anak tangganya.
Aku
selipkan salam rindu untuk pejuang Gayo Musara, semoga kita kembali diberi
kesempatan untuk berkumpul dan melepas rindu setelah perjalanan panjang ini.
Aku
pun merindukan kalian yang pernah merasakan teriknya matahari AAU Yogyakarta,
tahun 2014 lalu kita bertemu bersama dalam nasib dan kawah pendidikan yang
sama.
Aku
nantikan cerita-cerita indah kalian untuk semua generasi SM-3T yang telah
dengan sepenuh hati mengabdikan hidup untuk peradaban negeri.
Selamat
berjuang bapak dan ibu Guru Garis Depan. Semoga bisa membersamai langkah dalam
barisan GGD..
Jakarta, 7 Januari 2016
Ary Pelangi
Komentar