Paket Komplitnya Kamu
Kamu adalah paket komplit yang menemani perjalanan ini begitu lama. Kamu adalah paket komplit yang tak bisa diurai untuk dipilih mana yang aku suka lantas aku singgkirkan bagian yang tidak kuinginkan. Kamu adalah paket komplit yang tidak pernah bisa ditawar.
Malam ini hujan deras
menjelang waktu tidur. Inginku menarik selimut saja menutup hari dengan doa-doa
untuk hari esok. Seperti biasa, aku tuntaskan dulu pesan-pesan di ponsel agar
tidak menjadi tanggungan hari berikutnya. Sayangnya, pesan atas namamu muncul
dalam sebuah label percakapan, entah mempercakapkan apa, aku tidak begitu
mengerti.
Aku mengenalmu saat
rintik hujan, dalam sebuah perjalanan dan mengisahkan riak-riak air langit yang
jatuh di atap. Aku mengenalmu dalam senja yang tidak pernah sempurna
kemerah-merahannya. Dalam jauhnya langkah yang menelusuri trotoar, di sanalah
aku memahami dirimu yang lain. Sisi hidup yang tidak aku inginkan ada padamu.
Sosok keras kepalanya kamu dan dinginnya sifatmu. Ingin sekali aku pisahkan itu
darimu, tetapi engkau tak pernah melunak meski sekadar untuk mengalah.
Kamu tahu, banyak yang
mengatakan paket dirimu adalah paket terbaik yang ada pada diri lelaki? Kamu
begitu peka dan memahami setiap tingkah perempuan di sekitarmu, memanjakan mereka,
dan menggenggam langkahnya. Satu poin sempurnamu yang harus aku akui. Caramu
memikat pergaulan sungguh berbeda. Sialnya, aku menjadi pengamat yang begitu
jeli dengan kedua mataku. Ada riak yang kutemukan yang sengaja kau cipta untuk
dirinya. Hanya saja aku mencoba untuk tidak peduli.
Aku memilih fokus pada
kisah-kisah lain tentang dirimu. Paket terbaik yang menggenapi langkahmu. Aku
selalu tersenyum setiap kali mendengar mimpi-mimpi hebatmu. Kisah-kisah yang
kau impikan ada pada jalur kehidupanmu suatu hari nanti, selepas perkenalan
singkat kita yang akan berakhir ketika durasi selesai.
Caramu memberikan
semangat tidak kalah melelahkan dengan dirimu yang selalu hadir dalam
kerusuhan. Merusak keteraturan hari dan menggagalkan rencana-rencana indah yang
telah dimulai. Kau memberi warna kelabu yang nyatanya justru membuat nyaman
untuk bertahan. Menepis lelah dan menghiasinya dengan pertengkaran tanpa
alasan. Selanjutnya yang tersisa bukan lelah, tetapi syair-syair pertengkaran
yang menuntut pertemuan selanjutnya untuk sebuah penyelesaian.
Di bangku persinggahan,
berkawan kepingan cemilan adalah waktu sempurna untuk meluruskan perselisihan
yang justru mencipta perdebatan. Terus begitu untuk seterusnya ketika aku harus
menghabiskan waktu untuk bertegur sapa dengan dirimu.
Celakanya, tidak ada
yang pernah benar-benar selesai tentang namamu. Bahkan setiap peket lengkapnya
kamu selalu datang kepadaku dalam wujud pengaduan yang tidak bisa aku nikmati
dengan nyaman. Mimpi-mimpi indah hidupmu lenyap bersama matahari yang terbenam
kala hujan dan aku mencoba tidak peduli. Semangatmu hilang dan orang-orang
mempertanyakan hidupmu padaku. Kamu menghilang dan aku menjadi tersangka
terbaik atas kepergianmu.
Aku mengenalmu sebatas
itu. Selengkap paket yang orang-orang bilang sempurna. Sesempurna senja yang
tidak kemerah-merahan, asing, kataku.
Karanganyar, 15 April
2021 // 3 Ramadan 1442 H
Ary Pelangi
Komentar