Bermain Logika Cinta


Bermain Logika Cinta

Oleh: Ary Pelangi


Hei, pernahkah kau merasa kembali ke masa kecil, ketika permainan logika tak lebih dari teka-teki sederhana yang menyenangkan? Begitulah rasanya saat aku jatuh cinta padamu. Sebuah permainan logika yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, menjadi begitu rumit, begitu membingungkan. 


Awalnya, cinta itu datang seperti angin lembut yang meniupkan harapan baru dalam hidupku. Seakan-akan, semesta berbisik halus di telingaku, memberi tahu bahwa kau adalah jawaban dari semua pertanyaan yang pernah ada dalam benakku. Namun, cinta juga datang dengan permainan logika yang penuh tantangan. Pertanyaan-pertanyaan tak terjawab mulai muncul, mengusik ketenanganku.


Aku jatuh cinta, dan tiba-tiba, aku harus kembali bermain logika. Aku harus menimbang setiap kata yang ingin kuucapkan, setiap langkah yang ingin kuambil. Aku harus berpikir, bukan hanya dengan hati, tapi juga dengan kepala. Aku harus memastikan bahwa perasaanku ini nyata, bukan sekadar ilusi yang akan pudar seiring waktu.


Setiap kali kau tersenyum padaku, hatiku meleleh, dan logika perlahan mengendurkan genggamannya. Setiap kali kau berbicara dengan lembut, setiap kali kau menunjukkan perhatian kecil, logika mulai percaya. Tetapi logika selalu waspada, selalu mencari tanda-tanda kejujuran dalam setiap gerak-gerikmu.


Dalam permainan ini, aku belajar untuk menyeimbangkan antara perasaan dan logika. Aku belajar bahwa cinta bukan hanya tentang emosi yang meluap-luap, tapi juga tentang keputusan yang matang, tentang keyakinan yang terbentuk dari pemikiran mendalam. Cinta bukan hanya tentang merasakan, tapi juga tentang memahami.


Dan di tengah semua ini, ada kamu. Kamu yang dengan segala ketulusan dan kasih sayangmu, membuatku ingin percaya. Kamu yang dengan segala perhatian dan pengertianmu, membuatku ingin melepaskan semua keraguan. Tetapi tetap saja, logika tak pernah benar-benar meninggalkanku. Ia selalu ada di sana, sebagai pengingat bahwa cinta harus diiringi dengan pemikiran yang jernih.


Namun, pada akhirnya, aku menyadari bahwa logika dan cinta bisa berjalan beriringan. Bahwa keduanya bisa saling melengkapi. Logika memberikan dasar yang kuat, sementara cinta memberikan warna dan keindahan. Logika memastikan bahwa cinta ini bertahan, sementara cinta memastikan bahwa logika ini tidak menjadi dingin dan kaku.


Dalam permainan logika yang penuh cinta ini, aku menemukan diriku yang baru. Diriku yang lebih bijak, lebih dewasa, namun tetap mampu merasakan keindahan cinta yang tulus. Aku belajar bahwa jatuh cinta bukan berarti kehilangan logika, melainkan menemukan cara baru untuk bermain logika dengan hati yang penuh cinta.


Jadi, inilah aku, kembali bermain logika saat aku jatuh cinta. Dan meskipun permainannya terkadang sulit dan membingungkan, aku tahu bahwa selama ada kamu di sisiku, aku akan selalu menemukan jawabannya.

 #30DWC #30DWCJilid46 #Day14

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berpisah dan Berharap Kembali Bertemu

Jendela Kamar dan Secangkir Kopi

Tenggelam di Puncak Menara