Doa dalam Pencarian Makna
Doa
dalam Pencarian Makna
Oleh:
Ary Pelangi
Malam
ini kembali sunyi. Kau hadir membawa kerinduan yang teramat sangat. Berulang
kali aku memandang ponsel dan berharap ada pesan darimu. Sesekali aku membuka
galeri dan memandang foto yang pernah kau kirim. Sungguh, aku tak pernah
menyangka bahwa rasa kehilangan bisa begitu menusuk, mengiris pelan-pelan
hingga meninggalkan luka yang tak kasat mata. Ketika semua harapan yang dulu aku
rajut tentangmu tiba-tiba hancur berantakan tanpa ada tanda. Tanpa ada pesan
perpisahan, aku tersadar bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian.
Aku,
hanya seorang gadis yang mencoba mencari ketenangan dalam doa, merasakan
keheningan yang aneh saat kamu tiba-tiba hilang rutinitasku. Seperti ditelan
bumi, menghilang tanpa jejak. Tanpa kata-kata penutup, tanpa alasan yang jelas.
Rasanya seperti ditinggalkan dalam gelap, meraba-raba tanpa tahu harus kemana.
Haruskah aku mencari tahu, sementara kau memilih tanpa kabar?
Berapa
lama lagi kehilangan akan menyiksaku? Sementara kamu entah pergi kemana.
Tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Aku tahu, saat pesan-pesanku kau jawab dengan
begitu singkat, itu adalah pertanda bahwa kamu sedang tidak ingin menjawabnya. Sejak
itu pula aku memutuskan untuk tidak lagi mengirim pesan lebih dulu. Bukannya tidak
lagi ingin bicara, tapi aku tidak ingin mengganggu waktumu.
Malam-malamku
kini dipenuhi dengan doa. Setiap bait doa yang terucap, setiap tetesan air mata
yang jatuh, seakan menjadi saksi bisu dari perasaanku yang rapuh. Aku bertanya
pada Allah, mengapa harus terjadi seperti ini? Apakah aku terlalu bergantung
pada cinta manusia hingga melupakan cinta-Nya yang abadi?
Dalam
sunyi, aku mencoba menemukan jawaban. Aku cari makna dalam setiap kejadian,
mencoba mengerti apa yang sebenarnya Allah inginkan dariku. Dalam doa, aku
memohon kekuatan, memohon petunjuk untuk bisa melangkah maju meski hati ini
terasa berat. Ketenangan yang kucari seolah mengajarkanku bahwa ada kekuatan
yang lebih besar dari sekadar hubungan manusia.
Ketika
dunia terasa begitu sunyi dan sepi, hanya doa yang bisa menjadi pelipur lara.
Aku ingat kembali setiap momen indah yang pernah kulalui bersamamu. Senyumanmu,
suaramu, dan pesan-pesanmu yang beradu pesanku. Semua itu kini hanya menjadi
kenangan yang tersimpan rapi dalam ingatan. Namun, kenangan itu pula yang
mengajarkanku untuk lebih menghargai setiap detik yang kumiliki. Menemani aku
untuk kuat demi menemukan muara dari pencarian atas perasaan.
Apa
yang kamu cari hingga memilih pergi? Tidakkah di sini aku berarti?
Setidaknya
aku pun mulai belajar untuk menerima kenyataan. Menerima bahwa mungkin, ini
adalah jalan terbaik yang telah Allah pilihkan. Aku mulai membuka hati untuk
hal-hal baru, untuk kesempatan yang mungkin akan datang. Dalam doa, aku
menemukan harapan. Harapan bahwa setiap luka akan sembuh, setiap kehilangan
akan tergantikan dengan kebahagiaan yang lebih besar.
Kini,
setiap doa yang kuucapkan, adalah bagian dari perjalanan untuk menemukan diriku
sendiri. Aku belajar bahwa ketenangan sejati hanya bisa ditemukan dalam
kedekatan dengan Allah. Dalam keikhlasan menerima dan melepaskan. Meski
kekasihku tak lagi ada di sisiku, aku yakin Allah selalu ada untukku. Memberiku
kekuatan untuk terus bertahan, untuk terus mencari makna di balik setiap
kejadian.
Doaku
kini bukan lagi tentang memintamu kembali. Doaku adalah untuk kebahagiaan, baik
untukku maupun untukmu. Aku memohon pada Allah agar aku dan kamu bisa menemukan
jalan yang terbaik, meski mungkin itu berarti berjalan di jalur yang berbeda.
Aku percaya, cinta sejati akan selalu menemukan jalannya, meski harus melewati
berbagai rintangan.
Malam
ini, dalam keheningan doa, aku menemukan kedamaian. Aku menemukan makna hidup
yang sesungguhnya. Bahwa cinta tidak selalu harus memiliki. Cinta adalah tentang
kebahagiaan dan keikhlasan. Dan dalam doa, aku menemukan diriku yang baru.
Diriku yang lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih siap menghadapi setiap
tantangan yang akan datang.
#30DWC #30DWCJilid46 #Day28
Komentar