Keresahan Hatiku Juga Butuh penenang

 

Keresahan Hatiku Juga Butuh penenang

Oleh: Ary Pelangi

 


Malam ini mendung, meski tidak turun hujan. Semoga langit akan kembali cerah, sebab aku merindukan bintang-bintang. Aku teringat akan pertanyaan marathon darimu tentang keraguan-keraguan hidup yang mungkin saja sedang menghantui langkahmu. Semoga jawaban yang kuberi mampu menguatkan langkahmu meski hanya sedikit. Setidaknya dapat menjadi teman cerita dalam perjalananmu yang panjang.

Lalu siapa yang menjadi penguat untuk diriku?

Belakangan, banyak orang yang mengajakku bercakap perihal cinta. Mempertanyakan banyak hal tentang pilihan hidup yang kupunya. Mungkin karena aku masih begitu santai menjalani hidup sendiri sementara Perempuan seusiaku telah menemukan pasangannya. Santai, itu yang mereka lihat. Orang-orang tidak tahu betapa gaduhnya kepala yang terus bergulat dengan hati. Tidak tampak memang, tapi cukup melelahkan.

Menjadi seorang perempuan yang belajar berjalan tanpa tongkat rasanya sungguh melelahkan.  Ingin sekali berbagi cerita, tapi kata-kata memilih sembunyi di belakang air mata. Tentang keinginan kuat yang tumbuh dalam hati, Mungkin bagimu terdengar klise, tetapi bagi perempuan sepertiku, ini adalah kenyataan yang harus dihidupi. Lelaki sepertimu mana paham!

Kemarin kamu sudah bertanya banyak hal perihal masa depan yang membuat Langkah meragu. Hari ini, aku ini bertanya padamu tentang keresahan-keresahan hidup yang kurasa. Jika kau memberikan jawabnya, kita adil. Namun, jika pertanyaanku terabai, mungkin aku harus berbenah untuk hengkang.

Salahkah jika aku menginginkan lelaki yang bisa menghargai kebebasan? Kebebasan untuk bermimpi, kebebasan untuk berkreasi, kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Dia tidak akan membatasi langkahku, tetapi justru mendukung setiap jejak yang kutinggalkan. Dia memahami bahwa sayap ini perlu terbang tinggi, dan ia takkan pernah mencoba memotongnya.

Bolehkah aku mengharapkan lelaki yang memiliki ketegasan dalam kelembutan. Bukan sosok yang keras kepala, tetapi tegas dalam prinsip. Bukan yang lemah dalam sikap, tetapi lembut dalam perlakuan. Ketegasan yang membuatku merasa aman, dan kelembutan yang membuatku merasa dihargai. Ketegasan yang tidak memaki dan kelembutan yang tidak membuatku pergi.

Apa kau marah jika aku menginginkan lelaki yang bisa menjadi teman dalam kesendirian? Dia yang memahami bahwa perempuan sepertiku butuh waktu untuk sendiri, untuk meresapi setiap detik dalam sunyi. Bukan karena menghindar, tetapi untuk mengisi ulang semangat. Aku ingin dia yang menjadi teman saat kesunyian itu hadir. Dia yang tidak merasa terasing, melainkan memahami dan menghargainya.

Bolehkah aku menginginkan lelaki yang bisa tertawa bersama dalam kesederhanaan? Menjadikan suasana hangat tanpa canggung. Lelaki yang mencintai kehidupan dengan penuh kemewahan bukanlah tujuanku. Aku juga ingin kebahagiaan yang tercipta dari hal-hal sederhana. Senyuman di pagi hari, canda tawa di sore hari, dan obrolan ringan di malam hari. Kebahagiaan yang tidak perlu dibeli, tetapi dirasakan dari hati. Sesederhana itu hangat yang akan terus melekat.

Apa kau mau mengerti jika lelaki impianku adalah dia yang mau tumbuh bersama? Tumbuh bukan hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam hal spiritual dan emosional. Ia adalah dia yang siap berjalan beriringan, melewati setiap liku kehidupan. Dia bukan yang dengan paksa menyeretku untuk buru-buru sampai ke tempat tujuan. Dia yang tidak hanya menuntut, tetapi juga memberi. Tidak hanya menghakimi, tetapi juga mengerti.

Bolehkah jika yang kuingini adalah lelaki  hebat yang kelak menjadi pelindung tanpa menjadi penghalang? Pelindung dari segala ancaman, tetapi tidak pernah menghalangi jalan yang ingin kutempuh. Ia adalah dia yang membuatku merasa aman, tetapi juga memberi ruang untuk berkembang. Ia mengerti bahwa perempuan sepertiku butuh tempat untuk berekspresi, untuk mengaktualisasikan diri.

Mungkin banyak yang beranggapan bahwa aku terlalu pemilih, terlalu banyak syarat, dan  terlalu egois. Namun, inilah yang terlintas dalam benakku. Kekhawatiran yang lebih banyak dari kekhawatiran yang kau punya. Ini bukan tentang mencari kesempurnaan, tetapi tentang mencari keselarasan. Keselarasan antara dua hati yang saling melengkapi, bukan saling menguasai.


 #30DWC #30DWCJilid46 #Day13

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berpisah dan Berharap Kembali Bertemu

Jendela Kamar dan Secangkir Kopi

Tenggelam di Puncak Menara