Ternyata Cinta
“Aku melakukan semua pintanya namun tidak jarang aku mengumpat dalam hati.” Masa itu terlewati begitu cepatnya. Hari yang sekarang terasa begitu jauh meski hanya dalam ingatan. Hari yang tidak pernah akan aku miliki lagi selain dalam kenangan. Semua baik-baik saja dan tidak ada yang berbeda. Seorang anak kecil yang begitu merasakan indahnya hidup di desa. Tidak ada yang lebih indah selain luasnya halaman rumah yang selalu ramai dengan sorak gembira permainan tradisional. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain lumpur-lumpur sisa hujan. Sawah dan pematangnya selalu memberi kesejukan dalam teriknya siang. Hari itu aku mulai menyadari, aku tidak lagi sama dengan anak-anak yang lain. Meski masih sama dengan sseragam merah putih. Meski masih sama pulang sekolah bersama. Namun semua mulai terasa berbeda. Bangku kelas terakhir, disanalah semua mulai aku rasa berbeda. Aku mulai merasa berbeda.