Perlawanan di Bawah Langit Harapan
Negeri ini terbangun dari serpihan harapan,
kerajaan emas bermahkota perlawanan,
barisan prajurit tegak dengan luka di dada,
tak gentar, tak tunduk pada bayang kecewa,
sekalipun duania menyangkal kemerdekaan.
Di benteng-benteng kecewa yang retak,
langkah menggaungkan gema perang,
melawan sepi yang berkuasa di ufuk gelap,
di tanah yang dahulu subur akan cinta,
kini kelam berserak prasangka.
Kerajaan ini bukanlah mimpi,
ia tumbuh dari keteguhan hati,
dari raja yang tak ingkar janji
untuk bangkit meski tertatih,
untuk bertahan meski berdarah.
Di puncak bukit, bendera duka berkibar,
menyadarkan ada luka yang harus diobati,
ada gaduh yang harus disudahi,
ada darah yang harus dipendam dalam tanah.
Prajurit dengan pedang karat melawan sepi,
Prajurit gagah, menghunus pedang keyakinan,
menghancurkan tembok ragu dengan satu perlawanan.
Tapi apa daya, jatuh seolah takdir yang tak mungkin diubah.
Tanah air dibasuh hujan air mata perjuangan.
Kepada kecewa, kerajaan ini tak memberi tahta,
hanya angin yang datang, meniupkan kebebasan.
Negara ini adalah janji yang takkan patah,
kerajaan yang tak jatuh oleh sakit dan resah.
Di bawah langit imajinasi, dalam bisik setia,
kecewa pun menyerah, di hadapan cinta yang jaya.
Itulah esok atau suatu hari nanti.
Pati, 8 Oktober 2024
Komentar