Takdir Membawa Kau Pergi
Kepada langit senja aku menatap,
Tidak ada jingga, tak aja juga camar,
Singkatnya tak akan ada lagi cinta kita,
Hanya tinggal aksara berlanjut nostalgia
Kisah kita tergantung di langit-langit,
Meski semoganya selalu aku kirim ke langit,
Tapi takdirmu mematahkan harapku,
Kau memilih dia, bukan aku yang kau panggil,
Doa-doa kita mungkin tak pernah bertemu,
Apalagi bertarung untuk saling mendapatkan,
Namun, akulah yang akhirnya harus belajar pergi,
Walau patah masih bersuara tentang kecewanya,
Semesta tak lagi memberi ruang bagi kita,
Menjadi sepasang takdir yang tertulis di langit,
Takdir memilihkan jalanmu menuju dia,
Sedang aku terseret waktu untuk belajar lupa.
Kau yang menuntun langkah kepada kata-kata,
Memesan tiket perjalanan cerita dan mencipta tawa,
Meski aku yang akhirnya harus mati-matian menghentikan air mata,
Pergi bukanlah pilihan, tapi kewajiban bagiku yang paham tata krama,
Kini cinta kutitipkan kepada aksara,
Kubiarkan ia berkelana tanpa jeda,
Ke telingamu, ke matanya, atau kemana saja,
Berharap ia tak akan kembali membawa duka,
Walau jelas tergores dalam cerita-cerita nestapa,
Aku akan tetap utuh dalam kata-kata.
Pati, 5 Oktober 2024
Komentar