Masa Lalu

 

Masa Lalu

Oleh: Ary Pelangi

 


“Masa lalu saya adalah milik saya, masa lalu kamu adalah milik kamu, tapi masa depan adalah milik kita.”

            Rangkaian kata dari B.J. Habibie memang tidak pernah gagal untuk memberikan penyemangat dalam kehidupan ini. Beliau selalu punya cara untuk menghadirkan inspirasi bagi jiwa-jiwa yang patah hatinya. Bagaimana tidak? Kisah hidupnya begitu indah digambarkan dalam sebuah film yang laris di pasaran.

            Siapa yang tidak tahu dengan romantisnya kehidupan Bapak Habibie bersama Ibu Ainun. Tentang perjuangan Bapak Habibie di negeri orang hingga kembali lagi ke pangkuan Ibu Pertiwi dan memimpin negeri ini. Nyatanya, kisah cinta beliau turut memberi warna dalam perjuangan hidup. Tidak mungkin tanpa badai. Bahkan dalam film yang memuat kisah beliau, ada begitu banyak badai yang menjadikan cinta keluarga semakin kokoh. Jika bukan karena jiwa-jiwa dalam keluarga yang kokoh, apakah akan sekuat itu menerima ujian?

            Aku pernah menonton filmnya. Salah satu bagian yang membuat aku begitu terkoyak adalah ketika Ibu Ainun memilih untuk meletakkan seragam dinasnya dan mengambil tahta penuh sebagai ibu rumah tangga. Sungguh itu adalah keputusan besar bagi seorang wanita karir sehebat beliau. Namun, Ibu Ainun tidak kehilangan kehebatannya. Beliau tetap menjadi perempuan tangguh yang menemani Bapak Habibie menjalani hari-harinya. Membesarkan anak-anaknya menjadi pribadi yang hebat.

            Ibu Ainun, tetap menemani perjuangan Bapak Habibie meski beliau dalam keadaan sakit. Tetap menjadi Wanita yang kuat untuk mendidik anak-anaknya meski harus merelakan karir sebagai seorang dokter. Ibu Ainun tetap menjadi seorang istri yang begitu setia mendampingi jatuh bangunnya sorang Habibie. Bagiku, beliau masih menjadi primadona yang sayang bila dilupakan.

            Itu adalah kisah sepotong kisah cinta Bapak Habibie dan Ibu Ainun yang saling menguatkan.  Lantas bagaimana dengan kisah cintaku dengan kamu?

            Alur kisah yang tidak mudah dikisahkan untuk aku dan kamu yang hanya sedang dalam status sama-sama masih sendiri. Tidak ada yang bisa dengan sempurna dikisahkan. Aku dan kamu hanya punya percakapan untuk dibaca ulang kapan saja ingin mengeja sebuah cerita. Tidak banyak pertemuan yang menghadirkan kenangan untuk diingat. Tidak banyak perjalanan yang ditempuh bersama untuk menjadikan langkahku seirama dengan langkahmu.

            Kamu punya kesibukanmu dan cerita-cerita yang kau simpan perihal hari-harimu. Aku tidak harus tahu dan kau tidak harus memberitahuku. Terlebih tentang perjalanan yang pernah kau tempuh sebelum punya cerita bersamaku. Aku sama sekali tidak ingin tahu tentang orang-orang yang pernah lahir dan teristimewa dalam hidupmu. Terlebih jika seseorang itu kini tidak harus lagi menjadi bagian hidupmu.

            Perihal masa-masa yang pernah engkau lalui, itu adalah milikmu. Perihal hari-hari yang pernah berbunga saat kau bersama kekasihmu, itu hanya masa lalu untuk dirimu. Kenangan yang bisa kamu lamukan hari ini, itulah masa lalumu. Aku tidak ada di sana dan tidak pula menjadi bagian ceritanya. Silakan saja jika kau ingin menikmati setiap dramanya, tapi tolong jangan mengumbar kisahnya kepadaku.

            Bukan karena apa-apa, aku hanya ingin berkomentar tentang perasaanmu yang sangat berharga itu. Biar bagaimanapun kau pernah memiliki kebahagiaan saat bersamanya. Pastilah ada sebuah kenangan indah yang kadang terlintas dan menciptakan senyum saat lewat di sebuah tempat yang pernah menjadi saksi perjalanan. Tidak perlu menutupinya, kelak jika kau benar-benar bersamaku lantas kau teringat akan masa lalumu, usap kepalaku dan katakana padaku bahwa tempat itu membentukmu menjadi kamu yang saat bersamaku menjadi sangat nyaman.

           

    #30DWC #30DWCJilid46 #Day3



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berpisah dan Berharap Kembali Bertemu

Jendela Kamar dan Secangkir Kopi

Tenggelam di Puncak Menara